Selasa, 17 Januari 2017

[RESENSI] Melankolia Ninna

Melankolia Ninna
Penulis: Robin Wijaya
Penerbit : Falcon Publishing
Tebal : 204 halaman
Terbit : Cetakan pertama, 2016
Rating : 4/5


Gamal dan Ninna bertemu pertama kali saat mereka berada dalam satu kesempatan yang sama di kala untuk urusan pekerjaan. Tidak butuh waktu lama mereka untuk menyadari bahwa mereka saling menginginkan satu sama lain. Gamal bekerja di workshop pandai kayu, pekerjaan yang sangat dekat pemesanan furniture. Sedangkan Ninna adalah karyawan kantor. Lalu mereka memutuskan untuk menikah. Akan tetapi pernikahan mereka tidak sebahagian pasangan yang lain setelah Ninna divonis menderita kanker rahim. 

Ninna divonis menderita kanker rahim stadium lanjut. Kanker yang ada dalam tubuhnya telah menjalar hingga tidak ada cara lain untuk menghentikannya selain dengan operasi pengangkatan rahim.

Pengangkatan rahim adalah mimpi buruk bagi setiap wanita. Mereka tidak akan bisa mengandung dan memiliki bayi secara alami. Ovulasi tidak akan terjadi selain dalam rahim wanita. Kesempatan untuk menjadi seorang ibu pupus sudah. 

Gamal sudah menikah dengan Ninna selama enam tahun. Ninna adalah wanita pekerja keras, mandiri dan terencana. Ia memikirkan betul kemana arah hubungannya dengan Gamal. Bahkan ia dan Gamal membangun dan merancang rumah mereka sendiri-hal yang akan sangat jarang ditemui di kota ini. Ninna tidak hanya seorang pekerja keras namun ia juga pemimpi. Ia ingin menjadi seorang ibu untuk anak Gamal nanti. Mungkin hanya dengan itulah ia bisa menghadiahi semua kebaikan yang telah diberikan Gamal selama ini.

Ninna, di mata Gamal ia lebih dari seorang wanita karir. Gamal bukanlah seorang perencana seperti Ninna yang sangat teratur dan detail. Ibarat membangun sebuah rumah, Gamal seperti seorang teknisi dan Ninna sebagai arsitek . Ia berkomitmen dengan apa yang telah disepakati dan dijalani bersama. Ninna adalah pusat kehidupannya, maka Gamal akan selalu menjaga, membuat dirinya selalu ada di saat suka maupun dukanya. Termasuk di kala Ninna divonis tidak akan bisa mengandung akibat penyakitnya. 

Kisah rumah tangga mereka tidak sampai disitu. Ombak selalu datang menghempas karang-karang yang rapuh. Ujian untuk Gamal dan Ninna terus datang salah satunya kemunculan Terra. Siapakah wanita itu sebenarnya? 

Aku masih saja memandang ke luar jendela mobil. Bukan karena kejenuhan yang kualami selama di rumah sakit hingga aku butuh keramaian, melainkan demi menghindari tatapan Gamal. I know he cares about me a lot. Bahkan, kerap aku berpikir bahwa cinta dan perhatiannya sebagai suami tak lagi manusiawi. - Ninna


Biar bagaimanapun juga, kita semua adalah produk masa lalu. Pengalaman kita di waktu- waktu sebelumnya yang membuat kita seperti sekarang ini.- Gamal

Satu perkara yang justru membuat aku merasa sangat bersalah atas kondisi yang telah aku alami. Dan menghadirkan pengandaian- pengandaian, bagaimana seharusnya aku membalas kebaikan Gamal dengan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia.

Novel ini jadi judul ketiga seri Blue Valley yang kubaca dan buku pertama awal pengenalanku dengan tulisan Robin Wijaya. Setelah menutup ini aku langsung suka dengan tulisannya. Dan jadi favoritku dari diantara seri Blue Valley yang lain. 

Buku ini ditulis dari dua sudut pandang karakter utamanya secara bergantian : Gamal dan Ninna. Pergantian dua sudut pandang ini membawa pembaca menyelami perasaan kedua tokohnya dan pergolakan masing-masing. Melankolia Ninna mengangkat tema kehidupan pasca pernikahan walaupun ada saat dimana penulis mengingatkan masa lama lamaran. 

Hal yang aku sukai dari novel ini adalah cara penulis memangun chemistry kedua tokoh utamanya. Ditengah modernitas Gamal dan Ninna adalah pasangan yang manis tapi juga realistis. Mereka tidak dibangun untuk menjadi  karakter yang sempurna tapi dengan sendirinya berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi sempurna terutama untuk pasangannya.

Membaca buku ini mau tidak mau mengingatkanku pada Critical Eleven-novel yang ingin sekali kulenyapkan dari ingatan daftar riwayatku sebagai pembaca. Critical Eleven dengan tebalnya yang segitu dan hype-nya hingga akan diadaptasi ke layar kaca punya cover dan konsep yang hampir sama dengan buku ini. Mungkin penulis juga menjadikan buku besutan Ika Natassa itu sebagai refrensi ditambah buku Christian Simamora.

Melankolia Ninna tidak fokus pada kenangan yang telah lalu seperti CE. Plot novel ini lebih sering maju dan fokus pada masalah. Tidak banyak flashback dan tidak melodrama seperti CE. Tebalnya yang hanya 200-an halaman sangat mudah untuk dibaca dan mudah untuk membuat buku ini disukai pembaca. Yup, termasuk aku yang langsung suka dengan gaya bercerita si penulis sederhana dan tidak membuat cerita berlarut-larut dalam kesedihan tokohnya. Padahal jelas Gamal dan Ninna melalui kesedihan yang tidak kalah berat. 

Kuakui endingnya memang  mudah ditebak. Penyelasaiannya sederhana dan tidak terburu-buru. Walaupun ada saat dimana cerita terasa agak sinetronis , tapi tetap berhasil membuatku ingin menyelesaikannya dan ingin mendapatkan ending yang bahagia. Novel ini walaupun mengangkat kisah pernikahan tidak mengandung unsur vulgar atau adegan yang mengernyitkan dahi. Bahkan novel ini bisa dibaca untuk semua orang yang telah memahami arti penting cinta dan ingin membahagiakan orang lain.
 

6 komentar:

  1. Pokoknya tamat Apa Pun Selain Hujan, langsung balik lagi ke blue valley sowan ke rumah Pak RT ini, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke rumah Pak RT Jangan lupa bawa berkas kalau mau sekalian urus kependudukan :D

      Hapus
  2. waaaah jadi pengin baca jugaaa. makasih reviewnya ya :)

    BalasHapus
  3. hmm sepertinya menari jadi pngen baca. minjam boleh bukunya boleh nggak? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahA Maaf saja tidak bisa. Ongkir Hogwarts ke rumahmu pasti akan sangat mahal sekali. ,, diriku lagi magang di Hogwarts ngasih makan Buckbeak. :D

      Hapus

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...