Minggu, 24 September 2017

Indonesia International Bookfair 2017 - Jalan Jalan Asik


Halo goodreaders!

Sudah lama aku nggak memposting cerita perjalananku ke festival buku. Berhubunga aku tengah sibuk sekali tahun ini, mulai dari kegiatan kampus, organisasi bahkan kerja paruh waktu yang mulai kutekuni. Tahun ini aku banyak mengalami kendala dalam alur blogging ku. Well, kuharap kalian bisa mengerti menulis di blog butuh waktu dan suasana hati yang mendukung. Aku nggak menemukan itu beberapa bulan terkahir.:(

Tinggal di ibukota sangat menyenangkan. Aku lebih punya akses untuk mondar mandir kemanapun dengan mudah. Thanks God you made Transjakarta Busway for us >,<.

Uangku memang tidak banyak, jalan-jalan pun aku hanya modal ongkos seadanya dan naik kendaraan umum. Tapi aku berhasil hadir jika ada event launching atau festival besar yang diadakan di kotaku.

Misalnya, di tahun ini aku bisa ke acara-acara besar seperti Islamic Book Fair, POP Con Asia, Big Bad Wolf,  dan terbaru kemarin Indonesia International Book Fair di JCC Senayan. 

***

Siang itu, di hari Rabu yang panas sepulang dari kampus aku langsung menuju JCC Senayan tempat berlangsungnya IIBF. Ide untuk pergi kesana sudah terpikir seminggu sebelumnya. Rasanya sulit  untuk melewatkan event tahunan yang satu ini (walaupun isinya ya cuma itu-itu saja). Karena IIBF selalu rutin diadakan 5 hari, maka aku memilih datang di hari pertama.Aku bela-belain izin tidak masuk kantor cuma untuk datang ke event ini. Katanya banyak promo dan diskon disana.

Dengan transjakarta, siang harinya aku langsung berangkat. Untuk kesana via busway, aku sarankan ambil jurusan bus TU Gas - Grogol, lalu turunlah di halte Senayan JCC karena lebih cepat sampai daripada turun di GBK atau Polda yang mengharuskan jalan kaki 10 menit menuju hall nya.

Masuk IIBF nggak perlu biaya tiket. Gratis untuk anak-anak dan orang dewasa. Cukup diperiksa barang bawaan kamu di pintu masuk, setelahnya bisa langsung masuk sepuasnya. 

Stand pertama yang bisa dilihat di pintu masuk adalah punya KPK. Mereka mengusung tema edukasi  anti korupsi. Budaya koruptif orang Indonesia memang perlu diberantas, ide KPK untuk hadir di event ini sangat tepat.

Tidak jauh di sebelahnya ada penerbitan dari Arab Saudi dan Malaysia. Anak-anak sekolahan yang kebetulan datang rombongan sebelum aku asyik berfoto di stand mereka dana ada yang membolak balik buku di stand itu (yang kuyakini mereka tidak mengerti betul bahasanya).



Aku lanjut ke stand di sebelahnya, yang merupakan gabungan beberapa penerbit luar yang menjual buku-buku impor berbahasa Inggris. Yang paling mencolok disana menjual buku-buku terbitan Penguin Books dan Oxford Press. Buku Leigh Badurgo terbaru Wonder Woman, Wonder - JR Palacio, Me Before You - Jojo Moyes edisi paperback juga tersedia disini. Menariknya kalau belanja disini bisa dapat diskon all books 20%.

Setelah tidak ada lagi yang cukup menarik, aku langsung masuk ke ruangan disebelahnya, tempat booth milik pengisi acara mangkal. IIBF kali ini bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia dan beberapa kementerian. Penerbit yang ikut majang stand adalah Republika, GPU, Mizan, Haru Grup, Kompas, Tiga Serangkai, dan masih banyak lagi.


Ada satu unit usaha kreatif yang tengah melejit eksistensinya dikalangan literasi yaitu Rabbit Hole. Mereka membuat produk buku-buku pop up dan mop up untuk balita usia 1-5 tahun. Foundernya adalah lulusan mahasiswi psikologi UI dan menjadi pemenang di Wirausaha Mandiri 2016. Produknya lucu-lucu, kreatif dan satu bukunya bisa dibanderol seharga 130 ribu rupiah. WOW! 

Booth GPU
Setelah puas berkeliling aku istirahat di deretan bangku yang tengah diisi oleh peserta talkshow. IIBF selalu menghadirkan pembicara menarik untuk talkshownya. Bukannya tertarik aku justru mengantuk. hahaha. Alhasil aku memilih pergi dan mencari stand milik Penerbit Haru.

Dibandingkan stand lainnya yang sebagian besar menjual buku, Penerbit Haru menyediakan pernak pernik dan bookish merhendaise. Masih ingat betul mereka membawa serta booksleeve aneka motif, mug dengan caption aneh-aneh, book bottle, sampul buku dari kain dan pembatas buku aneka bentuk. Bahkan ada pena berbentu kunci dan cover wrap dari karton. Semuanya unik, bikin kalap dan menggoda iman. :D hahaha.

Stand Haru Grup isinya ramai, promosi di sosial media gencar dan heboh bahkan mengundang penulis dan editor pula untuk diskusi naskah atau sekadar selfie meet up untuk book signing bareng penulis.

Yang paling kutunggu justru promo buku perdana mereka. Always and Forever, Lara Jean tersedia perdana disana. Ditambah lagi ada bonus dua pin cantik untuk para hijabers dan fangirl-ingan Peter Kavinsky. Hohoh. Puas, puas, puas. Ada juga penjualan perdana The Way I Used To Be - Amber Smith berbonus keychain. Rasanya nggak ingin pulang >,< Mom help meehhh!!








IIBF hadir setiap tahunnya. Ada banyak sekali stand dan pengisi acara yang hadir. Bahkan yang kusebut diatas belum ada seperempatnya. Karena diluar itu masih ada klub pembaca, perpustakaan masing-masing provinsi di Indonesia dan kementrian milik pemerintah yang seru-seru dan kreatif.   Penggila buku, ibu-ibu yang ingin cari tambahan buku bacaan berkualitas untuk anak atau sekadar ingin ajak keluarga jalan-jalan, pastikan untuk hadir di acara ini. Karena sayang sekali untuk dilewatkan begitu aja.

See you tahun depan, guys.

Chiao!

Rabu, 20 September 2017

[Review] The Sun Is Also Star

Judul: The Sun is Also a Star
Penulis: Nicola Yoon
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Tebal: 384 halaman
Penerbit: Spring, 2017
 Indonesian cover edition 


“How can you trust something that can end as suddenly as it begins?”
- The Sun Is Also Star
 
Blurb

Natasha, gadis kelahiran Jamaica yang percaya pada Sains. Baginya Sains adalah segalanya. Ia tidak percaya pada Takdir.

Daniel, lelaki keturunan Korea yang sangat puitis dan percaya bahwa takdir itu ada.

Kedua remaja dengan perbedaan pandangan itu bertemu. Secara tak sengaja,,, atau mungkin disebut takdir? Pertemuan itu membuat Daniel jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Natasha, ia percaya, bahwa semesta dan takdir telah mempertemukan mereka. Ia percaya bahwa mereka ditakdirkan bersama.

Sebaliknya, Natasha menolak untuk percaya takdir. Ia berpikir semua hanyalah sebuah kebetulan. Ia tak ingin berharap terlalu banyak, pada apapun, terutama pada Cinta. Selagi hidupnya… masa depan nya dipertaruhkan karena kesalahan sang Ayah, ia tak mau menggantungkan hidup pada takdir.

Lalu apa yang akan dilakukan Daniel untuk meyakinkan takdir itu nyata? Tapi apakah sesungguhnya takdir itu ada… ataukah memang benar pendapat Natasha, bahwa yang ada hanyalah sebuah kebetulan belaka?

***
Natasha dan keluarganya pindah dari Jamaika sebagai imigran. Seperti setiap imigran yang datang ke Amerika, mereka berharap hidup yang lebih baik setelah kepindahan mereka. Tapi di tengah harapan itu keluarga mereka justru terancam di deportasi. Padahal, untuk Natasha Amerika sudah jadi seperti rumahnya sendiri. Nat tidak ingin pergi dan bersikeras mencari cara agar keluarga mereka berhasil diselamatkan.

Di tempat yang lain cowok keturunan Korea sedang menuntut kebebasannya. Namanya Daniel Jae Ho Bae, ia lahir dari keluarga miskin yang merupakan pendatang dari Korea. Mereka sekeluarga pindah ke Amerika Serikat. Kedua orang tuanya bekerja sangat keras agar mereka jadi kaya untuk bisa menyekolahkan Daniel dan adiknya samppai ke perguruan tinggi. Tapi orang tua yang sangat menaruh harap pada Daniel membuat ia terkukung. Ia bertekad untuk bebas dan mencapai hal-hal yang sebenarnya ia inginkan. Sampai suatu ketika takdir mempertemukannya dengan gadis negroid yang hampir dideportasi kembali ke negaranya.

Manusia adalah mahluk yang tidak masuk akal. Bukannya diatur oleh logika, kami diatur oleh emosi. Dunia akan menjadi tempat yang lebih bahagia kalau yang berlaku adalah kenyataan yang berlawanan.

Review

Selain John Green penulis young adult yang menurutku pandai meramu konflik remaja, Nicola Yoon pantas untuk disandingkan dengannya. The Sun is Also Star merupakan kisah spesial dua anak muda berbeda ras namun sesama pendatang yang menggantungkan hidupnya di negeri orang. 
Tapi keduanya sangat berbeda sekali dari segi karakter. Natasha adalah gadis yang realistis sekali. Terlihat setiap kali ia bercerita ia tidak berniat menggantungkan hidup pada sesuatu yang tidak pasti. Takdir dan cinta misalnya. Ia bukan gadis yang mudah menyerah. Ia tahu apa yang ia inginkan dan menempatkan sesuatu dengan semestinya. Namun ia hidup di New York, kota yang keras bagi imigran yang menyerbu mencari penghidupan. 

Sedangkan Daniel adalah apa yang tidak ada dalam diri Nat. Ia mempercayai mimpi sekaligus penulis puisi, hal-hal yang justru tidak diinginkan oleh ibunya yang menginginkan Daniel bekerja sebagai dokter. Hidupnya tak beraturan seketika berubah ketika ia bertemu dengan Nat. Ia tak tahu cinta akan berkembang begitu cepat saat pertama kali ia bertemu dengan gadis itu; Love at the first sight.

“I didn't know you this morning, and now I don't remember not knowing you.”  

Pertemuan mereka hanya berlangsung sehari, cinta keduanya tumbuh secepat itu juga. Tapi banyak hal luar biasa yang mereka lalui kala pertemuan itu. Cinta keduanya manis sekali walaupun terlihat biasa saja sebenarnya.
Seperti yang kukatakan, buku ini hanya berlangsung sehari namun terasa panjang dan lama. Penulis mengemas jalannya cerita menggunakan beberapa POV. Ada banyak sekali POV di buku ini, bahkan beberapa karakter lain ikut bercerita, alam bahkan teori-teori fisika pun bercerita. Tapi kelemahannya cerita jadi terasa lambat dan cukup membosankan. Eits, jangan menyerah dulu. Akhir ceritanya worth it dan MANIS. Aku suka dengan sentuhan akhir yang diberikan penulis dan cara ia menutup ceritanya.

3.5 bintang untuk Nat dan Daniel. 

“There’s a Japanese phrase that I like: koi no yokan. It doesn’t mean love at first sight. It’s closer to love at second sight. It’s the feeling when you meet someone that you’re going to fall in love with them. Maybe you don’t love them right away, but it’s inevitable that you will.” - Nicola Yoon




Jumat, 08 September 2017

Review Under Water by Marisa Reichard

Judul : Underwater
Penulis : Marisa Reichardt.

Penerjemah : Merry Riansyah.

Penyunting : Ayu Yudha.

Cetakan : pertama, Maret 2017.

ISBN : 978-602-60443-4-1


Blurb :



Memaafkanmu akan membuatku bisa memaafkan diriku sendiri.



Morgan tidak bisa keluar dari pintu depan apartemennya, rumah yang dia tinggali bersama ibu dan adik laki – lakinya. Gadis itu merasa sedang berada di bawah air, tidak mampu naik ke permukaan, tidak mampu bertemu dengan teman – temannya, tidak mampu ke sekolah.



Saat Morgan kira dia tidak bisa menahan napasnya lebih lama lagi, seorang cowok pindah ke sebelah rumahnya. Evan mengingatkannya pada laut yang asin, dan semangat yang dia dapatkan dari berenang. Mungkin, Evan adalah bantuan yang dia butuhkan untuk terhubung kembali dengan dunia luar…


Pasca peristiwa 15 Oktober yang menimpa sekolahnya Morgan memilih menjauh dari kehidupan di dunia luar. Morgan adalah satu dari banyak murid yang selamat ketika sekolahnya porak-poranda dan akhirnya tutup. Ingatan tentang kejadian itu membuat Morgan diserang rasa panik sampai akhirnya dilarikan ke dokter.Morgan diketahui mengidap PTSD pasca trauma tersebut.

Selama pengobatan Morgan memutuskan tinggal dirumah dan menjauh dari dunia luar. Hidup Morgan berubah seketika setelah itu.Sahabatnya pergi, tidak ada lagi jalan-jalan dan berenang yang jadi kesukaannya. Morgan mulai memutuskan untuk belajar secara online. Setiap hari ia menghabiskan waktu di dalam rumah dan tidak sekalipun keluar dari pintu. Tapi di dalam rumah tidak lantas membuat Morgan merasa tenang. Ia kadang masih diserang rasa panik setiap kali melihat hal-hal yang mengingat tentang kejadian 15 Oktober. 

Lalu Morgan bertemu dengan tetangga baru sebelah apartmentnya. Namanya Evan, ia tercium seperti aroma pantai, ombak dan segala hal yang membahagiakan. Karena cowok itu Morgan punya alasan untuk keluar rumah. Setelah sedikit banyak yang cowok itu berikan padanya Morgan kembali jatuh cinta.

***
Upaya seorang gadis seperti Morgan, siapa yang sangka seorang gadis remaja populer bisa menderita 'penyakit' yang terbilang jarang diekspos yaitu luka traumatis atau PTSD. Buku ini sepenuhnya menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu Morgan. Buku ini benar-benar bercerita tentang dia dan upayanya untuk bangkit. 

Tapi Morgan tidak sendirian, ia dikelilingi ibu yang menyayanginya, adik laki-lakinya yang ceria dan Evan seseorang yang benar-benar baru untuknya. Morgan juga memiliki perawat bernama Brenda yang menyemangatinya untuk mau keluar rumah. Morgan sepantasnya bersyukur dengan apa yang ia masih bisa terima pasca tragedi itu.

Morgan bukanlah gadis atau karakter yang loveable sebenarnya. Namun karakter Evan yang cukup menarik dan memikat. Loveable. Evan tidak ragu unttuk mendekati Morgan, memercikkan harapan-harapan dan semangat untuk sembuh. Hal yang sangat berat untuk Margon lakukan sebelum ia hadir dan mengetuk pintu hatinya.

Buku ini ternyata tidak hanya tentang Morgan saja. Ayahnya, yang dulu pernah menjadi tentara perang rupamya menderita pasca perceraian dengan ibu Morgan. Belum lagi masalah yang ia hadapi pasca peperangan membuat ia hidup dalam kesulitan dan jauh dari keluarga  Aku sedih melihat kenyataan bahwa Morgan dan ayahnya pernah sangat akrab dan saling menyayangi.

Walau termasuk lini young adult, dengan sub tema mental illnes tapi porsi romance dan keluarga tetap ada di novel ini. Percayalah alurnya yang lambat tidak akan membuat kamu bosan. Bertahanlah sedikit lebih lama dan nikmati kemana alur cerita ini membawamu. Aku yakin banyak pembaca akan terinspirasi dari kisah Morgan.  Aku berharap lebih banyak interaksi dan konflik Morgan-Evan di buku ini, karena aku suka sekali Evan Menurutku cerita bisa lebih berkembang jika karakternya bisa bergerak bebas dan menemukan akhir cerita indah mereka masing-masing

3.5 bintang untuk novel ini, :)



 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...