Sabtu, 12 Maret 2016

Book Review If It Takes Two To Love by Christina Juzwar

Judul: If It Takes Two To Love
Penulis: Christina Juzwar
Penerbit: Gramedia
Terbit : November 2012
Tebal : 224 hlm
ISBN : 978-979-22-8803-2
Rating : 3/5



Sometimes you have to take, sometimes you have to give, and there's a time you have to let go. Itulah hidup. - hlm 170

Sarah sudah lama berteman dengan Igi. Sejak pria itu menolongnya dari pemalakan Sarah semakin terikat dengan Igi dan sulit untuk lepas darinya. Igi tidak mang erasa keberatan membantu Sarah dalam kondisi apapun, ia hanya ingin menjaga gadis itu tetap aman bersamanya. Bahkan setelah mereka beranjak dewasa Igi sellau meluangkan waktunya khusus untuk Sarah. 

Walaupun bersahabat Sarah dan Igi nyaris tidak pernah akur. Sarah yang cuek, kekanak-kanakan dan  seenaknya selalu membuat Igi gemas melihat tingkahnya. Igi yang lebih dewasa lebih banyak mengalah dan bersabar pada gadis itu.Igi juga tidak menampik kedekatan mereka sudah membuat dirinya nyaman berada di dekat Sarah. Namun ia tak pernah mengakui secuil perasaannya pada Sarah selama ini.
Sarah sempat berutang kebaikan pada Igi karena dulu Igi sudah membantu mencarikan pekerjaan untuknya. Igi yang bekerja sebagai fotografer di majalah Men Style mendaftarkan Sarah bekerja di Women's Style yang masih satu ikatan dengan tempat ia bekerja. Posisi Sarah sebagai beauty editor menuntutnya untuk bekerja dengan team dan deadline yang menguasai hari-harinya. Tidak jarang ia harus pulang dengan lelah dan sifatnya sering berubah ketus pada orang yang baru ditemuinya. 

Malam itu saat hendak pulang kerja ia bersinggungan dengan pria di pintu masuk lift. Dialah Jans, fotografer yang baru saja diterima bekerja di Women's style. Sifat ramah dan terbuka yang ditunjukan Jans malah di salah artikan sebagai sikap sok kenal yang Sarah anggap itu sangat menganggunya. Bahkan saat Sarah sempat berpikir Jans hendak menguntit dirinya saat hendak pulang. Agak kurang ajar sikapnya waktu itu yang membuat Sarah tidak bisa melupakan pertemuan dengan Jans. 

Pertemuan dengan Jans tidak berhenti sampai disitu. Sesi pemotretan mengharuskan Sarah bekerja sama dengan Jans. Teringat dengan kesan pertama yang ia capkan pada Jans membuatnya ragu dengan pria itu. Angel si penata rias yang juga berada di satu project yang sama dengan Sarah terus menggodanya dan memancing dirinya membuka hatinya untuk Jans. Bagaimana ia bisa menolak pesona tampan dan menawan pria itu bahkan setelah ia mendengar pengakuan cinta Jans secara langsung saat mereka sedang berada di Lombok?

"Meskipun kamu judes dan tak bersahabat, tapi entah kenapa aku suka. You are different .. aku ingin mengenal kamu lebih jauh .. Tentu saja dengan persetujuan kamu" - Jans. hlm 84

Tidak lama setelah resmi berpacaran, Sarah tidak ragu menunjukkan kabar itu pada Igi. Tapi reaksi Igi tidak sesuai harapannya. Igi justru menatapnya dengan sedikit kecewa dan tentu saja dibalik diamnya Igi, Sarah menganggap Igi hanya berpura-pura bersedih karena ia lebih dulu mendapatkan kekasih. Sejak saat itu persahabatan mereka dijungkir balikkan dan Igi mulai berubah. 

Meskipun sudah berstatus pacaran dengan Jans, masih ada perasaan ragu apakah Sarah juga mencintai Igi atau hanya rasa sayang sebagai sahabat. Ia merasa nyaman dengan berada diantara Jans dan Igi. Tapi ia perlahan sadar, mereka akan merajut kehidupan masing-masing. Sarah dan Igi tidak akan bisa bersama selamanya.

"Setelah Igi mengungkapkan perasaannya, aku sempat berpikir beberapa kali ... Kenapa Igi tidak pernah jujur? Kalaupun dia jujr aku tahu segalanya akan berbeda"- Sarah, hlm 191

"Aku berjanji meskipun dia temanku, aku akan tetap mempertahankanmu dan memperjuangkanmu tanpa henti" - Jans, hlm 192
*

Untuk sebuah kisah bernuansa urban, Christina Juzwar patut di acungi jempol dalam mengolah cerita. Menjadikan Sarah dan Igi sebagai refleksi persahabatan yang didalamnya ada satu pihak yang memendam perasaan namun tidak sanggup diungkapkan.

Pemilihan karakter yang membuat satu karakter saling bersinggungan menjadi benang merah jalan cerita novel ini. Igi yang bersahabat dengan Sarah, rupanya juga berkawan dengan Jans. Peran Igi disini sangat kuat di awal cerita, karena dirinya juga yang secara tidak langsung mempertemukan Jans dengan Sarah. Sayangnya belakangan Igi menjadi tersisih dan cerita berfokus pada perkembangan hubungan Sarah dengan Jans.

Novel yang dituturkan lewat sudut pandang Sarah cukup menyulitkan pendalaman karakter tokoh-tokoh pendukung lainnya. Sarah yang makin lama makin lengket dengan Jans bisanya menuturkan bagaimana karakter seorang Jans dan tidak memberikan porsi yang lebih dengan Igi. Agak timpang saat melihat sebuah problem percintaan seperti ini hanya dengan sudut pandang orang pertama. Justru aku ingin lebih mengenal bagaimana peran Igi lebih dalam karena dia juga yang harus menghadapi kenyataan pahit nantinya.

Setting cerita cukup menjadi penjelas bagi penguatan novel ini walaupun tidak digambarkan secara rinci. Mengambil setting di perkantoran dan hiruk pikuk perkotaan agaknya cukup membosankan karena tidak ada yang spesial yang berusaha ditunjukkan penulis lewat novelnya. Bisa dimaklumi bahwa penulis hanya ingin menuntun pembaca pada konflik batin ketiga tokoh utamanya.

Untuk penokohan nyaris tidak ada yang spesial atau benar-benar membuat aku bersimpati pada ketiga tokohnya. Sarah yang berpikiran sempit dan tidak peka pada perasaan sahabatnya sudah cukup membuatku sebal. Sikapnya yang memperkeruh hingga persahabatannya renggang. Ia juga tidak sepenuhnya merelakan Igi untuk merajut kasih dengan wanita lain padahal jelas Igi tidak ikut mencapuri hubungannya dengan Jans. Rasa egoisnya jugalah yang membuat Igi ragu untuk mulai mencintai Andien-gaids yang ditemuinya di London. 

Untuk karakter prianya, aku melihat Igi sebagai pria yang tidak gentle-men dan sama kekanak-kanakan dengan Sarah. Sibuk dirundung gelisah karena tak mampu mengutarakan perasaannya justru memilih lari dari masalah. Seolah dengan lari ke ujung dunia ia bisa menghilangkan rasa sayang yang sudah tertanam di hatinya. Dan untuk Jans digambarkan sebagai pria yang cukup sempurna, dikarenakan sikapnya yang lembut dan pembaawaannya yang menenangkan di saat Sarah berada di posisi terburuknya. Aku dibuat terpesona dengan dialog-dialog Jans untuk memperlihatkan kesungguhannya mempertahankan Sarah. At least, Jans sedikitnya bisa menjadi calon suami bagi wanita manapun yang mengaharapkan masa depan rumah tangga yang bahagia. 

Personally, justru tokoh yang cukup berperan dan menarik simpatiku adalah Maya. Teman rekanan Sarah di kantor punya gaya fashion yang nyentrik itu  memiliki peran cukup besar. Maya mampu mengimbangi karakter Sarah yang labil dan sulit mengakui perasaannya pada Igi padahal jelas ia telah berpacaran dengan Jans.

Yang kusuka dari novel ini adalah pesan yang tersirat yang coba diangkat oleh penulis tentang persahatan dan cinta. Tidak ada yang tidak mungkin tentang hal percintaan. Cinta dapat tumbuh di hati setiap orang bahkan yang telah lama disakiti oleh seseorang di masa lalu sekalipun. Dan bagaimana mestinya memahami bahwa setiap orang akan mendapatkan cintanya masing-masing bahkan jikalaupun itu tersimpan dalam hati sahabatmu sendiri. Hargai sahabatmu yang lebih dulu mengenalmu dan dengarkanlah isi hati mereka. Karena dalam diamnya mereka pasti menyimpan sebuah asa yang berharap akan terungkap saat dirimu mencoba lebih peka terhadapnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...