Sabtu, 17 Januari 2015

Resensi Buku: The Silkworm 'Ulat Sutra' (#2) - Robert Galbraith






Judul               : The Silkworm ‘Ulat Sutra’
Penulis            : Robert Galbraith
Penerjemah    : Siska Yuanita
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : Cetakan pertama, 2014
Tebal               : 536 halaman
Rate                : 4/5
                          




“ Satu-satunya yang pernah dia beritahu padaku tentang Bombyx Mori adalah bahwa ulat sutera merupakan metafora untuk si penulis, yang harus melalui berbagai penderitaan untuk mendapatkan barang bagus. Hanya itu.” 
-The Silkworm ‘Ulat Sutra’, hlm.370




Berawal dari kehidupan seorang detektif partikelir bernama Cormoran Strike yang bekerja di lingkungan Denmark Street, yang mendapati kedatangan seorang wanita berumur lima puluh tahun benama Leonora Quine yang membutuhkan jasanya untuk menemukan suaminya yang telah menghilang secara misterius setelah pertengkaran hebat mereka terjadi.
Dimata Leonora, Owen adalah pria emosional dengan beragam sifat buruk. Lebih dari itu Owen adalah novelis dibawah naungan penerbitan Roper Chard yang memiliki gaya penulisan yang eksentrik dan menggunakan banyak metafora. Sampai suatu hari hasil mahakaryanya dihujat habis-habisan oleh orang-orang disekitarnya.

Strike memulai mengumpulkan keterangan dari Leonara dan berhasil mendapatkan sebuah kunci rumah yang pernah diwarisi kepada Quine dan dan sahabatnya dulu. Mengerikan dan penuh dengan kebencian. Bukan apa yang ada didalam rumah itu tetapi target yang ia cari behasil didtemukan. Dalam bentuk mayat sang novelis sudah terbunuh dengan cara yang tidak pantas tergantung dilangit-langit kamar yang akhirnya meninggalkan sejuta pertanyaan.
Kematian Owen Quine kini memaksa Srike untuk menelusur lebih dalam mengenai kronologi kematian dari awal. Para rekan dikalangan penerbit menjadi sasaran utama penyelidikan. Namun kasus ini malah terasa janggal setelah para tersangka yang diduga terlibat member pengakuan secara sukarela. Semua orang memainkan perannya masing-masing.
Serangkaian aksi detektif bersama Robin si asistennya menjadikan novel terakhir Owen Quin “Bombyx Mori” sebagai penunjuk arah kasus kematian ini. 



Setelah satu tahun berlalu Robert Galbraith kembali memenjelma dengan karya keduanya setelah ‘The Cuckoos’s Calling’ sukses memikat para pembaca dunia. Galbraith mengisahkan seri keduanya ini dengan berbagai intrik para tokoh yang terlibat didalamnya. Cara kepenulisannya yang logis membuat saya mudah untuk memahami jalan ceritanya. 


Gaya Bahasa

Tidak diragukan lagi buku ini sangat direkomendasikan untuk para pembaca dengan penggunaan bahasa yang sederhana membuat kisah misteri ini mudah diikuti. Pembaca lainnya diharapkan berhati-hati dalam mengikuti kisah ini karna diberbagai titik cerita terdapat petunjuk dari siapa tokoh pembunuhan yang sebenarnya.

Penokohan

Penggambaran karakter pada masing-masing tokoh terasa kuat dan tidak terduga. Cormoran Strike dijelaskan sebgai seorang pria penggerutu yang hidup dalam kesendiriannya di flat beserta segala keterbatasan yang ia miliki. Jauh dari keluarga dan belum bisa melepaskan cinta masa lalunya. Disi lain sang detektif memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya.
Tokoh lainnya yang banyak mengisi cerita ini adalah seorang wanita bernama Robin Venetia. Dialah asisten setia Strike dengan beragam dilema yang ia pendam dalam dirinya. Di berbagai kesempatan yang berbeda Robin membantu mengumpulkan keterangan dan menjadi pahlawan disaat genting sekalipun. Tetapi sepertinya Strike masih belum bisa memalingkan perasaannya untuk wanita yang satu ini.


Latar

Galbraith menggambarkan tata letak kota London dengan apik dan membawa saya terhanyut dalam pergerakan kisahnya yang seringkali berpindah tempat. Ganyanya yang khas mampu membangkitkan bayangan saya seolah sedang berada ditempat tersebut. Namun menurut opini saya penggambaran latar yang terlalu lama malah memberi kesan membosankan. 


Alur

Penggarapan plot yang progresif dan tidak berbelit-belit menjadi mudah untuk dicerna, semua masalah diselesaikan hingga tuntas Selebihnya kisah berjalan maju dengan sosok Strike yang tetap berfous pada petunjuk pemberian Jerry Waldegrave dan Chard. 


Dari beragam hal menarik dari buku ini saya sangat tertarik pada beberapa kalimat quotes yang membekas dipikiran saya.


"Jika Anda mengharapkan persahabatan seumur hidup dan kesetiakawanan yang tidak egois, bergabunglah dengan militer dan belajarlah membunuh. Kalau Anda menginginkan aliansi temporer seumur hidup dengan sesama yang akan menari gembira di atas setiap kegagalan Anda, menulislah novel."
          -The Silkworm ‘Ulat Sutra’, hlm 467

Perlu kesabaran untuk menyelami dunia pembunuhan Owen Quine, tapi Robert Galbraith selalu menyuguhkan kisah dengan tema yang menarik. Sebaiknya jangan melihat buku ini dari ketebalannya karena tanpa disangka buku ini dapat mengisi waktu anda. Saya persembahkan lima bintang untuk buku ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...