Kamis, 30 Juni 2016

[Review] Landline by Rainbow Rowell




Judul : Landline
Penulis : Rainbow Rowell
Penerjemah : Airien Kusumawardani
Penyunting : M. R. Prajna Pramudita
Proofreader : Titish A.K.
Designer cover : Chyntia Yanetha
Penerbit : Spring
Terbit : April 2016
Tebal : 372 hlm
Rating : 3.5/5

Mana yang akan kau pilih, jika dalam keadaan terdesak kau harus mengorbankan satu hal yang sangat kau cintai dalam hidup, mimpimu atau keluarga yang mendukungmu?

Georgie McCool sudah merintis karir kepenulisan cerita komedi sejak duduk di bangku kuliah. Di University of Los Angeles ia bergabung dengan majalah The Spoon.  Disana ia bertemu dengan Seth, penulis komedi tampan namun dikenal kocak dan senang bergonta-ganti wanita. Georgie hanya gadis biasa tapi Seth bisa melihat bakat yang dimiliki gadis itu. Karena hal itu juga yang membuat Seth tertarik dengan Georgie dan menjadikannya partner.
“Haruskah aku pura-pura bahwa semuanya baik-baik saja? Seperti yang kau lakukan? – Seth, hlm 320
Georgie selalu memperhatikan Seth, pria itu selalu terlihat bahagia, dikelilingi wanita-wanita cantik, selera humornya dan ia tampan. Tapi lama-kelamaan Georgie tahu Seth tidak memperhatikannya lebih dari seorang partner. Lantas Georgie mengahapus perasaan itu cepat-cepat dan menyadari ia menyukai seseorang yang lain.  Perasaannya justru berbalik kepada seorang pria yang menggarap komik strip kesukaannya, Neal.

Neal Grafton adalah salah satu mahasiswa dari jurusan oseanografi. Neal hanya mahasiswa biasa, dikenal pendiam dan  tidak ada yang tahu bahwa ia yang selama ini mengisi komik strip di majalah The Spoon. Georgie mengaguminya tanpa alasan yang berlebih. Ia terpesona dengan komik buatan Neal dan kini ia jatuh cinta padanya.
“Sungguh. Kau boleh memilikiku. Karena aku pintar dalam menginginkan berbagai hal dan pintar dalam mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku tidak bisa memikirkan apa lagi yang paling kuinginkan selain kau.” – Georgie, hlm 185
Tahun-tahun berlalu, Georgie berhasil mendapatkan hampir semua yang ia mau. Ia menikah dengan Neal lalu dikaruniai  dua anak perempuan yang lucu yang dinamai Allice dan Noomi. Ia masih bersahabat dengan Seth dan menjadi rekan menulis untuk sebuah acara tv. Ditambah acara Jeff’d Up berhasil mendapat hasil yang memuaskan. Tapi semua itu belum memuaskan hati Georgie. Ia masih ingin membuat acara tv yang dibangunnya sendiri bersama Seth. Itu sudah jadi impian mereka berdua sejak kuliah. Dan saat kesempatan itu datang Georgie dihadapkan pada pilihan yang sulit.

Maher Jafari tertarik untuk memakai acara komedi yang ditulis Georgie dan Seth. Hal itu menjadi kabar bahagia karena jalan menuju mimpi yang mereka akan terbuka. Tapi ada harga mahal yang harus ditebus untuk kebahagian itu. Georgie harus membatalkan kepergiannya ke Omaha-tempat yang semula sudah direncanakan untuk jadi tempat libur natal Georgie dan keluarga. Neal tidak senang dengan kabar itu, karena itu berarti Georgie tidak akan bersama mereka menghabiskan waktu bersama di Omaha. Dan Georgie akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama Seth yang berarti bukan pertanda baik.
Keputusan Georgie sudah bulat dan Neal tahu ia tidak bisa berbuat lebih untuk mengubah keputusan Georgie. 

“Kau bertanya kepadaku apa aku ingin mencoba mengubah sesuatu kalau aku bisa kembali ke masa lalu. Dan aku bilang kepadamu kalau aku mau-dan pasti melakukannya-tapi aku tidak memberitahumu.  Mungkin seharusnya keadaan tidak seperti ini” – Seth, 321

“Aku selalu memikirkan tentang pesta Halloween itu. Ketika Neal nertingkah sangat berengsek kepadamu? Dan kau memintaku untuk membawamu pulang, dan aku melakukannya. Dan aku-aku meninggalkanmu sendirian. Mungkin seharusnya aku tidak meninggalkanmu. Mungkin seharusnya aku tetap bersamamu.”

 “Mungkin seharusnya hubungan kita tidak seperti ini, Georgie.”
Buku ini punya tema yang sederhana mengenai kehidupan rumah tangga. Yang mana Georgie sebagai tokoh utama mendapatkan pilihan yang sulit untuk menentukan masa depan karirnya. Georgie sudah menulis drama komedi sejak kuliah. Ia dikenal selalu berdua dengan Seth dan hingga masuk ke dunia kerja mereka masih tetap bersama. Mereka punya mimpi yang sama untuk membawa karirnya semakin tinggi di sebuah jaringan tv ternama. Dan saat mereka mendapat kesempatan itu tidak ada satu dari mereka yang ingin melepaskannya.

Seth yang paling bersemangat saat mendengar kabar episode pertama acara mereka menarik hati Maher Jafari. Ia tidak ragu untuk bertemu dengan keluarga Georgie terutama anak-anaknya untuk meyakinkan Georgie agar tidak pergi ke Omaha saat libur natal. Tapi tiket sudah di pesan dan atas pertimbangan yang berat Georgie tidak bisa ikut ke Omaha.

Sejauh ini konflik hanya sebatas itu saja. Georgie yang mendapati Neal tidak menghubunginya lagi setelah pergi ke Omaha membuatnya cemas. Pikiran-pikiran aneh tentang Georgie yang telah membuat Neal  kecewa tidak bisa dilenyapkan. Neal sudah berubah dan Georgie mulai dihantui pikiran buruk tentang ancaman yang  akan meretakkan rumah tangganya.

 Dikisahkan selepas Neal pergi, Georgie tinggal bersama ibu dan keluarganya di rumah lama. Tidak ada yang berubah dari rumah itu setelah Georgie meninggalkannya. Dan tepat dibawah tempat tidurnya, ia menemukan telpon rumah kuno berwarna kuning yang dulu digunakannya semasa pacaran.
Telpon itu semacam mesin waktu yang mampu membawa Georgie ke masa empat belas tahun yang lalu. Saat Georgie mencoba menelpon rumah keluarga Grafton di Omaha, telpon itu menyambungkan dirinya dengan Neal  yang dulu dikenalnya semasa pacaran. Neal yang masih memiliki ayah dan Neal yang dikenal nekad melintasi negara bagian hanya untuk melamar Georgie. 

Secara keseluruhan cerita di buku ini memakai alur maju dan mundur. Dengan memakai POV orang ketiga penulis menarasikan awal kisah pertemuan  Georgie dan Neal hingga konflik yang mereka alami semasa pacaran. Butuh kesabaran yang cukup saat penulis mulai mendominankan narasi ketimbang dialog. Alur yang lambat juga menjadi alasan buku ini harus dinikmati pelan-pelan. Gaya bercerita si penulis sebenarnya menarik tapi karena porsi narasinya cukup banyak, pembaca harus ekstra sabar menyelami kisah masa lalu dua tokoh utamanya.

Saya acungi jempol untuk penerjemah yang berhasil mengeksekusi buku ini jadi menarik dan nyaman dibaca. Saya akui gaya bercerita Rainbow Rowell di buku ini sedikit sulit dipahami. Ia sering memasukkan metafora dan mengaitkan bermacam hal dalam narasi ceritanya. Tapi buku ini berhasil membuat saya menikmati ceritanya diluar kekurangan yang sudah disebutkan di atas. Kalau boleh saran, buku terbitan Spring berikutnya bisa ditingkatkan kualitas lembar kertasnya. Karena saat membaca, saya sedikit tidak nyaman dengan tulisan berbayang di setiap balik halamannya. Semoga hal ini bisa di atasi.

Untuk kesan pertama membaca buku Rainbow Rowell, saya berikan 3.5 golden Quiditch untuk Neal yang sangat cute dan bikin hati berbunga-bunga.


Selasa, 28 Juni 2016

20 Fact and Confession about me | Posting Bareng Juni 2016



Halo!

Masih bersama Booch Consultant di event Posting Bareng BBI edisi Juni 2016. Tema bulan ini menarik sekali berkaitan dengan Bookish Confession: pengakuan para pecinta buku yang nggak pernah diketahui sebelumnya. Disini saya akan buka-bukaan tentang hal-hal apa saja tentang saya sebagai pembaca buku. Tidak menutup kemungkinan akan ada postingan semacam ini di setiap bulannya tapi dengan fakta-fakta menarik lainnya. 

Langsung saja ini dia 20 Facts and Confession about me. Check this out.


1. Pertama kali dikenalkan dengan kebiasaan membaca buku sejak masuk TK. Nggak banyak yang bisa kuingat dari masa kecilku, tapi buku yang berhasil membangkitkan kesukaanku dengan buku saat itu adalah buku bergambar Petualangan di Peternakan oleh Delphine Lacharron dan Isabella Camino. Bentuk fisiknya cukup besar dan memiliki ukuran 220 mm x 295 mm. Tebalnya hanya 114 halaman tapi isinya berwarna dan punya kualitas kertas yang tebal dan licin. Enak buat di elus-elus atau dibawa tidur *buat dipeluk juga enak*. 

2. Bertekad mengumpulkan seluruh seri Little House karangan Laura Ingals Wilder. Sejak mulai masuk SD saya tergila-gila dengan seri Little House, sayangnya waktu itu hanya pinjam lewat teman. Setelah sekian tahun baru sadar ternyata buku serial ini sudah sangat lama diterbitkan oleh Elexmedia dan sepertinya belum ada rencana di cetak ulang. Buku serial ini masuk daftar BUKU SERI ANAK YANG HARUS SAYA KUMPULKAN.

3. Jatuh cinta dengan seluruh seri The Magic School Bus karangan Joanna Cole. Masih saat SD, saya sudah membaca koleksi buku Magic School Bus. Tetangga belakang rumah saya berhasil membuat saya ketagihan membaca buku ini. Karena membaca buku selain buku pelajaran dirumah saya dianggap ilegal, saya membaca beberapa judul dari seri ini diam-diam di sekolah. Sayang sekali Elexmedia tidak pernah mencetak ulang kembali seri buku ini, padahal saya ingin sekali mengumpulkan semua koleksinya. The Magic School Bus juga masuk daftar BUKU SERI ANAK YANG HARUS SAYA KUMPULKAN.

4. Nggak suka baca buku diselingi aktivitas lain, misal makan, nonton tv, masak, push up atau angkat beban.

5. Sangat suka dengan buku-buku ysng menyisipkan data sejarah di dalamnya. Buku Harian Annie Frank jadi yang pertama kali saya idolakan semasa SD. Sampai sekarang masih suka membaca buku yang seperti ini.

6. Penyuka beragam jenis genre buku tapi paling dominan buku Romance, Thriller dan fantasi.

7. Sering menyesali diri terlambat mulai membaca buku. Sampai akhirnya buku-buku yang dirasa bagus sudah tidak beredar di pasaran lagi dan hal ini menyulitkan saya menemukan buku-buku tersebut.Tapi ada juga buku-buku yang BOOMING tapi aku nggak pernah baca satu pun misal seri Harry Potter atau buku-buku ecek-ecek Ika Natassa.

8. Menyebut dirinya penggemar berat Enid Blyton. Saya baru kenal dengan penulis ini saat saya masuk perpustakaan SMP. Buku karya Enid yang paling saya sukai adalah serial Malory Towers. Saya sudah membaca ketujuh bukunya dan sampai sekarang masih mengidolakannya. Lagi-lagi seri ini belum dicetak ulang oleh Gramedia, padahal saya ingin sekali mengoleksi Malory Towers, Lima Sekawan, dan St. Clare. Dimana ... Dimana ... Dimana ...

9. Ingin sekali punya koleksi buku-buku Roald Dahl. Buku yang bisa disebut pertama dan terakhir kali saya baca dari karangan Roald Dahl hanya The BFG. Wow, setelah sekian lama buku ini akhirnya akan diangakat ke layar lebar dengan judul yang sama. Nonton, yuk!

10. Sejak dulu sampai sekarang masih suka dengan buku cerita rakyat daerah dari penjuru Indonesia. Entah dimana bisa menemukan koleksi buku seperti ini kalau bukan di perpustakaan SD dan daerah.

11. Buku klasik pertama yang dibaca adalah Secret Garden. Masih ingat banget kalau buku ini punya logo mawar mewah di bawahnya yang jadi ciri khas Gramedia untuk beberapa buku tertentu saat itu. Dan sayang sekali lini buku seperti ini sudah sulit ditemukan.

12. Memiliki cetakan awal Gone With The Wind dan Scarlett hasil koleksi Ibuk semasa mudanya. Dan yang membuat buku ini spesial adalah masih dalam bentuk edisi tahun 1993 dan terbagi menjadi empat buku. Tapi dari keempat bukunya saya masih belum berminat untuk membacanya.

Seri Gone With The Wind 1993


13. Penggila serial komik Hai, Miiko! sejak SMP dan anime Hunter x Hunter.

14. Pernah diam-diam baca komik dewasa saat SMP. itu pun hasil numpang baca di kios majalah bekas tempat biasa menunggu angkot. Masih kebayang sensasi deg-degannya kalau tiba-tiba dipergokin pemilik kios kalau bocah SMP lagi baca bacaan yang nggak sesuai umur xD *ngumpet*.
  
15. Mengoleksi buku bertanda tangan Tere Liye. Walaupun penulisnya dianggap suka membuat sensasi, buku serial Negeri Para Bedebahkarangannya seru sekali.Jangan lupa di masukan ke daftar bacaanmu ya (^,^)v.

16. Judge the book by it’s synopsys. Kalian bisa menyebut saya pelit atau terlalu serius dalam memilih buku yang saya baca. Silakan saja, ditengah banyaknya buku di rak yang minta di comot, tidak mungkin saya sanggup membelinya semua. Dan tidak semua buku disana harus dibaca. Dengan tekun saya telusuri review dan rating buku yang saya incar agar tidak kecewa saat dibawa pulang.

17. Paling suka menggauli buku di tempat tidur. Nggak suka jadi sorotan orang banyak, di tengah 
keramaian atau di atas kendaraan.

18. Mulai menjadi poligamist reader semenjak mati kebosanan membaca Critical Eleven.

19. Tidak suka menimbun buku. Sulit move on. Sejak dulu dibiasakan hanya dibelikan satu novel setiap beberapa bulan sekali. Setiap kali buku itu habis akan selalu diingat plot utama cerita dan dinikmati perlahan-lahan saat membacanya. Akhirnya setelah buku habis, jadi terjebak nostalgia dan bisa butuh waktu lama untuk move ke buku lainnya. *puk puk puk*

20. Penasaran wajah-wajah anggota dan divisi Blogger Buku Indonesia. Kapan kopdarnya ?? *kode ke anggota bebi*

Itu dulu perkenalan sekaligus pengakuan yang bisa saya sebutkan. Tak kenal maka tak sayang, kan? Kadang kebenaran bisa terasa menyakitkan. 
Sampai ketemu di posbar berikutnya. (((KALAU SEMPAT))).

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...