Penulis : Lee
Do–Woo
Penerjemah :
Krisnadiari
Penyunting : R.
Amanda
Proofreader :
Titish A.K
Ilustrasi isi :
@teguhra
Tebal : 492 hlm
Cetakan pertama
Februari 2016
ISBN :
978-602-7742-72-7
Rating : 3/5
Jinsol sudah
merasakan bagaimana rasanya bekerja dengan seorang penulis sekaligus produser
radio. Mereka akan senang sekali mengkritik tulisannya dan itu membuat Jinsol
tidak nyaman dalam bekerja. Sudah terhitung sembilan tahun Jinsol bekerja
sebagai scripwriter untuk radio FM tempat ia bekerja. Dan ia sudha merasa
nyaman dengan produsernya sekarang-produser Jang.
Begitu terdengar
kabar Jinsol akan dipasangkan dengan produser baru yang ternyata juga seorang
penulis buku antalogi puisi, pikirannya langusng skeptis. Jinsol tahu betul
bagaimana rasanya berduet dengan produser yang juga seorang penulis yang punya
kebiasaan tukang kritik. Dan produser yang akan bersamanya nanti adalah Lee
Geon. Yang dikenal sangat supel dan disukai setiap orang kecuali dirinya.
Dikalangan
karyawan yang pernah bekerja dengan Lee Geon menilai produser itu sangat baik
dan dikenal santai dalam bekerja. Dan memang benar PD Geon bekerja dengan
prinsipnya dan mendapat respon positif dari pencapaian yang ia raih. Berbeda
dengan Jinsol yang memiliki umur lebih muda dua tahun darinya, Jinsol lebih
pemalu, kaku dan penuh rencana. Bagaimana dua karakter yang berbeda ini dapat
menyatu untuk menjalankan tugas mereka saat siaran radio.
Geon sebagai
program director dan Jinsol sebagai scripwriter saling berhubungan dalam
mengisi sebuah program radio. Keduanya harus berjalan beriringan dan saling
mendukung satu sama lain. Tapi, di hari pertama rapat Deon sudah berhasil
mengacak-acak pertahanan diri Jinsol. Bahkan Geon dengan mudahnya membaca
catatan pribadi Jinsol yang berisi rencana target pencapaian miliknya.entah apa
yang ada dipikiran Geon, tapi Jinsol berusaha menyesuaikan diri dengannya.
Seiring
berjalannya waktu Jinsol mampu menguasai dirinya. Ternyata Geon tidak seburuk
yang ia duga. Walaupun tetap ada pikiran skeptis tentang program director yang
bisa menulis, Jinsol mendapati dirinya mampu bicara terbuka tentang hal
pribadinya pada Geon. Ia juga makin sering mendapat ajakan pergi bersama dengan
Geon dan Jinsol tidak pernah bisa menolak.
Semakin Jinsol
memenuhi ajak itu semakin ia mengenal Geon lewat cerita-cerita yang ternyata
hanya pernah diberitahukan padanya. Hal ini membuat Jinsol merasa dirinya
dianggap spesial di mata Geon. Saat perasaannya mulai tumbuh Geon justru hanya
menganggapnya sebagai teman diary. Tempat dimana Geon mencurahkan isi hatinya.
Dan luka masa lalu yang pernah ia rasakan.
Cinta yang telah lalu itu adalah perasaan yang meskipun dipikirkan kembali tetap saja sulit untuk dimengerti. Apakah perasaan yang kita rasakan saat itu benar-benar cinta atau bukan? – Jinsol, hlm 45
“Ada apa gerangan dengan pemuda yang satu ini, bagaimana bisa puisimu itu berisi keluhan tentang cinta? harusnya kau hidup dengan hati yang penuh semangat. Apa kau mau menyianyiakan masa mudamu hanya karena cinta.” – Kakek, hlm 129
“Aku pikir akan lebih baik kalau aku menghapus semua yang ada didalam hatiku. Aku ingin mengosongkan hatiku, tapi aku tidak tahu kepada siapa aku bisa meluapkan isi di dalam hatiku ini. Terlebih lagi, isi hatiku ini bukanlah sesuatu yang bisa kuluapkan begitu saja dengan meneriakkan semuanya di tengah hutan bambu.” – Lee Geon, hlm 168
Minggu ini saya
banyak sekali dicekoki kisah roman yang dominan membentuk problematika perasaan
k itu tiap karakternya lewat kenangan cinta yang pahit di masa lalu. Dan intrik
itu tidak ada bosannya selalu muncul di beberapa novel roman lokal maupun
terjemahan yang saya baca minggu ini.
Sebenarnya tidak
ada yang salah dengan itu, tapi rasanya semesta menjebak saya untuk ikut masuk
dalam tema yang tidak ada habisnya ini. Bisa dipastikan begitu membaca
sinospsis di balik buku ini saya langsung tertuju pada tokoh heroine di buku
ini yaitu Geon yang memiliki rahasia dengan masa lalu percintaannya.
Lee Do-Woo
sebagai penulis membuka cerita dengan setting kantor siaran radio yang
berlokasi di Seol. Ditengah hiruk pikuk perkotaan, penulis menempatkan
karakternya menyatu dengan lingkungan maupun tokoh baru di sekitarnya.
Contohnya saat Jinsol pertama kali masuk ke kedai milik sepasang kekasih
bernama Aeri dan Seonu yang ternyata adalah sahabat dari Lee Geon.
Penulis sangat
mahir membangun hubungan antara Jinsol dan Geon yang awalnya agak canggung
menjadi hangat dalam ikatan pertemanan. Semua itu tidak lepas dari ikatan kerja
antar dua tokoh yang memungkinkan mereka untuk bisa pergi kemana saja bersama,
walau hanya sekedar minum-minum atau
menikmati malam bersama setelah bekerja. Diantara keduanya tidak ada yang mau
mengungkapkan perasaan masing-masing tapi hal ini membuat hubungan mereka
semakin lekat.
Dengan tebal
lebih dari empat ratus halaman buku ini masuk dalam kategori buku terjemahan
dengan alur yang lambat. Dialog yang panjang-panjang yang kebanyakan membahas
masa lalu dan pemikiran Jinsol dan Geon membuat cerita mereka seperti berjalan
ditempat.
Kualitas
terjemahannya terasa luwes dan saya tidak meragukan Haru untuk bukunya kali
ini. Tapi saya hanya merasa kurang nyaman dengan cerita di buku ini yang
cenderung lambat. Dan konfliknya baru
muncul dpertengahan buku. Duh, benar-benar harus ekstra sabar untuk menuntaskan
buku ini.
style='mso-ansi-language:IN'>Semakin Jinsol
memenuhi ajak itu semakin ia mengenal Geon lewat cerita-cerita yang ternyata
hanya pernah diberitahukan padanya. Hal ini membuat Jinsol merasa dirinya
dianggap spesial di mata Geon. Saat perasaannya mulai tumbuh Geon justru hanya
menganggapnya sebagai teman diary. Tempat dimana Geon mencurahkan isi hatinya.
Dan luka masa lalu yang pernah ia rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS