Melipat Jarak
Penulis : Sapardi
Djoko Damono
Penerbit :
Gramedia
Tebal : 176 hlm
Cetakan pertama
September 2015
ISBN :
978-602-03-1912-4
Rating: 3.5/5
Buku ini berisi
75 sajak yang dipilih oleh Hasif Amini dan Sapardi Djoko Damono dari buku puisi
yang terbit antara 1998-2015 yakni Arloji, Ayat-ayat Api, Ada Berita Apa Hari
Ini, Den Sastro?, Mata Jendela, Kolam, Namaku Sita, Sutradara Itu Menghapus
Dialog Kita dan Babad Batu.
Ini adalah kali
pertama saya membaca puisi ciptaan Sapardi Djoko Damono. Membaca puisi-puisi
beliau membawa saya pada kepingan kisah yang mewakili setiap judul puisinya.
Masing-masing puisi tidak berdiri sendiri. Kebanyakan puisi yang di masukkan
dalam buku Melipat Jarak hanya diambil sepenggalnay saja. Terlepas dari
badannya yang semula utuh.
Dalam puisinya,
Sapardi menyajikan pandangan tentang hidup, politik dan kadang disisipkan
cinta. menggunakan metafoa dan permainan rima yang tidak teduga. Untaian kata
yang merajut setiap paragraf menunjukkan kemampuan sang maestro dalam mengolah
kata demi kata. Yang tidak jarang dibaca berulang kali masih sulit dipahami.
“Yang paling menakjubkan di dunia yang fana ini
adalah segala sesuatu yang tidak ada. soalnya,
aku bisa membayangkan apa saja tentangnya,
menjadikan muara bagi segala yang luar biasa”
(Yang Paling Menakjubkan)
Beberapa puisidi
tulis sangat singkat. Hingga di akhir kata makna yang tersirat belum juga
nampak .Bisa dilihat dari puisi Sepatu yang kiranya sang maestro mengungkapkan
tentang kesewenang-wenangan manusia, yang enggan mengikuti nasihat yang di
peringatkan pada setiap insan. Atau sebuah puisi singkat yang dinamai Tentang
Tuhan. Hanya terdiri dari tiga paragraf singkat tentang kebaikan Tuhan yang
jelas tidak dimiliki umatnya.
Yang paling jadi
kesukaan saya adalah puisi Dongeng Marsinah. Sapardi membawa kembali kenangan
perjuangan buruh pabrik arloji Marsinah yang harus meregang nyawa karena
perjuangannya membela hak para buruh. Setiap baitnya di pecah dengan rima yang
mengikuti di akhirnya. Indah tapi juga menitipkan pesan emosi serta pandangan
sang maestro tentang Marsinah.
“Marsinah itu arloji sejati,
melingkar di pergelangan
tangan kita ini;
dirabanya denyut nadi kita
dan diingatkannyaagar berlajar memahami
hakikat presisi”
(Dongeng Marsinah)
Secara
keseluruhan kumpulan puisi Sapardi yang dikumpulkan dalam buku ini memiliki
beragam tema yang diusung. Selain pandangan beliau tentang apa yang dilihatnya
di negeri sendiri, ia mampu merangkai kata dengan baik. Walau saya akui tidak
semuanya mampu dipahami sekaligus.
Percayalah
keindahan puisi bisa ditangkap bukan dari pesan yang disiratkannya. Tapi
bagaimana untaian kata yang membentuk keindahan serta keutuhan puisi itu
membuatmu bersemu karenanya. Terakhir, akan ku berikan salah satu sajak milik
Sapardi berjudul Sajak-Sajak Kecil Tentang Cinta yang juga ia bacakan saat
kelas puisi di tahun 2015 lalu.
/1/mencintai anginharus menjadi siutmencintai airharus menjadi ricikmencintai gunungharus menjadi terjalmencintai apiharus menjadi jilat/2/mencintai cakrawalaharus menebas jarak/3/mencintai-Muharus menjelma aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS