[Foto: Koleksi Pribadi] |
Selama hampir sebulan kerjaanku disisipi buka-tutup akun sosial media.
Bulan Februari sampai Maret adalah bulan yang berkesan bagi Gramedia karena
usia penerbit akan menginjak 42 tahun. Ada beragam acara dan keseruan yang
dihadirkan untuk menyemarakkannya. Mulai
dari tantangan 42 Hari atau GPU 42 di sosial media sampai Meet and Great bareng
penulis. Ada hadiah menarik yang akan mereka bagikan untuk pembaca setia yang
ikut berpartisipasi di kegiatan mereka.
Salah satu acara rangkaian GPU 42 adalah Tumpengan
O yang di adakan di Gramedia Central Park Jakarta (13/3). Tumpengan O juga
untuk merayakan launching novel ketujuh Eka Kurniawan berjudul ‘O’.
Berlokasi di Jakarta aku tidak ambil pusing langsung menandai tanggalan
agar bisa datang ke acara itu. Awal niat kedatanganku karena aku
belum pernah mengenal penulis ini sama sekali. Hanya berbekal pengetahuan review
‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas’ dan Manusia Harimau beberapa orang
blogger pemenang Resensi Pilihan. Minim pengetahuan banget ya? Nggak habis
pikir deh kalau sampai ditanya orang ‘Kamu suka novel Eka yang mana?’ aku mesti
jawab apa. Baca satu pun bukunya aja aku belum pernah. *sigh.
Oya, karena selama ini aku belum pernah ke Central Park akhirnya aku
memakai jasa Grab bike untuk kesana. Begitu sampai di pelataran trotoar CP, aku
bergegas mencari lantai 3 tempat markas Gramedia. Kiri-kanan wajah-wajah khas
oriental memadati pusat perbelanjaan ini, suasana lantai jadi pengap. Tapi begitu masuk ke Gramedia
suasana langsung berubah sejuk. Wala, Aku akhirnya menginjakkan kaki di
Gramedia Central Park! xD
Tapi ternyata masih sepi. Acara baru di mulai pukul 2 siang dan aku harus menunggu empat jam
lagi untuk bisa bertemu Eka. Haha! I laugh to myself xD
Sambil menunggu jam 2 datang, aku berkeliling ke seluruh penjuru toko buku. Ke kiri, ke kanan, masuk rak khusus buku anak, celingak celinguk lirik harga buku non fiksi dan religi. I wanna scream when I saw the price xD Really expansive you know! Haha. Aku langsung meninggalkan rak buku non fiksi dan religi dan singgah di ruangan khusus buku fiksi. Dari keseluruhan sudut Gramedia central park, rak fiksi yang paling luas dan 85% buku-bukunya ada di etalase. Buku-buku yang ada di Gramedia CP sebagian besar sudah ku post di Instagramku.
Setelah
berputar-putar, aku masuk ke antrean 42 buku gratis O yang ada di depan pintu
Gramedia. Aku kebagian nomor urut 7 dan berkesempatan memilih tempat duduk
paling depan. Bangku hitam untuk 42 pengantre pertama dan bangku putih untuk
media dan kalangan umum. Rasanya senang sekali bisa duduk agak depan karena
lebih leluasa mengambil foto jarak dekat.
Penyerahan Simbolis/ Photo by Athaya |
Tidak lama
setelah semua pengunjung mendapat tempat duduk Eka Kurniawan masuk ke tengah
acara. Sambutan tepuk tangan meriah mengirinya ke kursi kehormatan bersama
dengan sang isteri dan anak gadisnya. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan
simbolis yang diberikan edito GPU, Mirna Yulistianti kepada Eka Kurniawan. Dan tidak
lupa dengan pemotongan Tumpeng oleh Eka dan diberikan kepada anaknya yang hadir
saat itu. Uhh, manisnya xD
Lalu Sang
moderator Feby Indirani langsung memberikan selamat selamat atas masuknya novel
Man Tiger ke dalam Longlisted Man Booker Prize International 2016. Eka hanya
tersenyum simpul saja dan mengaku tidak ambil pusing atau berpikir hal yang
berlebihan saat dikabarkan masuk nominasi itu. Long list ini dibuat oleh penerbitan Inggris
yang mengapresiasi karya sastra bahasa asing non Inggris di seluruh dunia. Dan
dari ketiga belas buku yang dijagokan, Man Tiger karya Eka Kurniawan berhasil
masuk nominasi.
Kemudian topik
beralih tentang inspirasi Eka untuk menulis buku ‘O’. Mas Eka mengaku kalau
novel ‘O’ adalah kumpulan draf tulisan miliknya yang tidak tahu harus diapakan.
Selama delapan tahun tulisan-tulisannya itu dibiarkan saja. Tapi sampai suatu
ketika sang anak suka melihat Topeng Monyet di pinggir jalan, Eka mendapatkan
inspirasi untuk menyatukan draft tulisan miliknya.
“Tidak niat selama itu. Saat menulis novel ini dari kumpulan cerita-cerita yang belum tahu dibawa ke mana, stuck saja bahkan sempat mau dibuang. Tapi karena ide topeng monyet empat tahun lalu, saya menemukan titik temu untuk menggabungkannya.” – Eka
Lalu Eka menceritakan
kesenangannya pada kisah 1001 malam. Katanya versi lama punya banyak karakter
dan cerita masing-masing. Ia juga sempat menyinggung novel O sedikit tidaknya
memiliki kesamaan dengan Animal Farm. Sama-sama menjadikan hewan dan benda
sebagai karakter cerita. Atau disebut memanusiakan hewan.
Acara tumpengan
siang itu berlangsung dengan keceriaan. Pembaca yang hadir dibuat tertawa
dengan jawaban Eka saat ditanya pernah merasa stuck saat sedang menulis atau
tidak. Eka mengaku pernah mengalami buntu saat menulis. Dan ia mengatasinya
dengan menonton youtube lho XD. Wihihi.
Tapi Eka mengakui
ia tidak bersosial media seperti penulis lainnya. Eka sendiri tidak menyebutkan
sejak kapan ia tidak bersosial media, tapi Ia juga tidak berpikir untuk menjadi
Anti-Sosial. Eka beranggapan bersosial media bisa memakan banyak waktu. Saat berbicara
secara langsung pembicaraan paling memakan waktu lima menit tapi saat mengobrol
di sosial media bisa sampai 2 jam.
“Tapi saya tidak anti informasi, tapi menahan godaan untuk berkomentar”
Tidak lama
setelah selesai mendengar kisah proses kreatif dan tanggapan Eka soal novel O,
masuklah Djenar Maesa Ayu sebagai bintang tamu. Ia memakai busana terbuka dan
serba hitam dan langsung menyapa Eka seolah sudah kenal lama.
“Novel O berbicara tentang hal yang tidak sederhana, dan ditulis apik tanpa kesan menghakimi” komentar Djenar Maesa Ayu sebelum mulai membacakan cuplikan Bab 10 .
Djenar Maesa Ayu,
novelis dari buku ‘Mereka Bilang, Saya monyet!’ diundang untuk membacakan
cuplikan novel O. Dan di sesi ini juga cukup menyita perhatian karena di bab 10
ini, Eka menyirat sebuah kisah percintaan yang agak nyeleneh :D. Tapi rik aku
kurang tertsaat dia membacakan itu, malah aku agak ngantuk dengar suaranya yang
agak mendesah serak-serak basah. xD.
Dan nggak terasa
Djenar sudah selesai membaca 4 lembar cuplikan novel si monyet. Rasa kantukku
langsung hilang setelah mendengar ada sesi tanya jawab. Berhubung terbatas aku
langsung siap siaga siapin pertanyaan. Kesempatan bertanya hanya untuk 6 orang.
Dan itu sudah termasuk dari kalangan media. Entah, karena lagi beruntung atau
orang-orang masih pada setengah fokus saat Djenar membaca tadi. Aku dapat
kesempatan bertanya. Duh gugupnya dilihatin langsung sama mas Eka xD Tapi
aku coba mengendalikan nada suara biar
nggak ter kesan nervous. *Padahal ini aslinya nervous banget kayak mau
menyatakan cinta.
Waktu sudah
menunjukan pukul 3 lebih sedikit, setelah semua pertanyaan terjawab acara ditutup.
Horee, langsung masuk foto bersama dan
book signing. Peserta yang hadir langsung membikin antrean. Karena banyak
banget yang mau foto antrean jadi makin lama, aku antre paling belakang sambil
nyemil pastel dan kue lumpur sambil menunggu xD Ada nasi kuning juga untuk buat peserta yang
nggak kuat menahan lapar.
Baru pukul empat sore aku keluar dari Gramedia
dan mencari Grab untuk pulang tujuan Ciledug. Setelah dapat Grab berinisial D,
aku melesat menuju jalan pulang. Rider Grab yang kunaiki sempat ketawa agak
menghina juga sih saat bilang nama panggilanku aneh. Aya, what’s wrong?? Hampir
dua ratus meter dia ketawa aja membahas namaku yang kalau dalam bahasa Sunda artinya
... *Sensor. Haha
Oya, berhubung sekarang
masih dalam event BBI Lagi Baca, aku memilih untuk membaca novel ‘O’. Novel ini
juga akan aku posting reviewnya di blog, nantikan ya.
See you at next book
event! ^^
Eka Kurniawan bersama Maesa Ayu/ by Instagram |
Selfie Bareng 'O' |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS