Hayy ,, it's time to giveaway. Sebelumnya aku sudah memposting Interview with Arini Putri dan Review beberapa jam yang lalu. Kalian sudah baca? Belum? Wah, pastikan kamu sudah baca kedua postingannya ya :D
Kali ini ada satu exsemplar novel Come Back To Me yang akan diberikan Twigora untuk kamu yang beruntung. Simak persyaratannya.:D
Book Giveaway
22- 29 Maret 2016
1. Follow blog Booch Consultant via Google Friend Connect (GFC) atau email.3. Promosikan giveaway ini melalui tweet dan jangan lupa mention ketiga twitter di atas dengan hashtag #ComeBackToMe
2. Tinggalkan komentar di Interview dan Book Review. Isi komentar boleh mengenai isi buku, photo challenge maupun alasan kenapa kamu mau buku Come Back To Me.
Pengumuman pemenang akan di umumkan 31 Maret 2016 di blog ini. Ikuti semua persyaratannya dan tebar jampi keberuntungan. 1 exemplar novel Come Back To Me akan dikirimkan langsung oleh penerbit untuk yang beruntung.4. Tuliskan di bagian komentar dibawah ini: Nama, E-mail / akun Twitter, dan jawaban untuk pertanyaan: "Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Cheers and Good luck :)
- UPDATE -
23 Maret
Martina Sugondo
Url Blog: http://glasses-and-tea.blogspot.co.id/
24 Maret
Anastasia Cynthia Tanawi
URL Blog: https://janebookienary.wordpress.com/
25 Maret
Ratnani Latifah
URL Blog : http://tulisanelratnakazuhana.blogspot.co.id/
26 Maret
Asri Rahayu MS
URL Blog: http://peekthebook.blogspot.co.id/
27 Maret
Intan Novriza Kamala Sari
URL Blog: http://www.ketimpukbuku.com/
28 Maret
Sri Sulistyowati
URL Blog: http://www.kubikelromance.com/
29 Maret
Lucty Giyan Sukarno
URL Blog: https://luckty.wordpress.com/
30 Maret
Dedul Faithful
URL Blog:http://dedul-faithful.blogspot.co.id/
Halo! Masih nggak bosan memantau blogku kan?
Aku sudah berhasil dapatkan nama pemenang Blogtour #ComeBackToMe bareng Twigora dan Arini Putri. Aku ucapkan terima kasih untuk 26 peserta yang sudah meramaikan dan sudah mengikuti syarat dariku. Kalian luar biasaahh!
Aku ucapkan terima kasih yang tidak terhingga untuk penerbit Twigora yang sudah mengikutsertakan aku untuk promo novel terbaru Arini Putri. Suatu kesempatan manis semanis kisah cinta Ced dan Senna *hihiy.
Nah, sekarang aku akan mengumumkan peserta yang berhasil mendapatkan 1 novel Come Back To Me persembahan Penerbit Twigora. Tidak ada yang benar atau salah kalau nge-kuis, karena aku suka dengan semua jawaban dan komentar kalian. Tapi aku tetap memprioritaskan peserta yang mengikuti seluruh syarat yang aku beirkan. Jadi yang belum beruntung, jangan menyerah ya.
Selamat untuk pemenang :) Kirim data diri dan alamat lengkapmu via DM twitter ke @Jeruknipisanget ya. Kalau dalam 24 jam tidak mengkonfirmasi data diri akan aku pilih pemenang baru. huhu. Buku akan dikirimkan langsung oleh penerbit. Tunggu dengan manis ya.
Buat yang belum beruntung, it's not the end guys. Kalian masih punya kesempatan dapat novel keren ini di blog host lainnya dengan tantang yang lebih seru.
23 Maret
Martina Sugondo
Url Blog: http://glasses-and-tea.blogspot.co.id/
24 Maret
Anastasia Cynthia Tanawi
URL Blog: https://janebookienary.wordpress.com/
25 Maret
Ratnani Latifah
URL Blog : http://tulisanelratnakazuhana.blogspot.co.id/
26 Maret
Asri Rahayu MS
URL Blog: http://peekthebook.blogspot.co.id/
27 Maret
Intan Novriza Kamala Sari
URL Blog: http://www.ketimpukbuku.com/
28 Maret
Sri Sulistyowati
URL Blog: http://www.kubikelromance.com/
29 Maret
Lucty Giyan Sukarno
URL Blog: https://luckty.wordpress.com/
30 Maret
Dedul Faithful
URL Blog:http://dedul-faithful.blogspot.co.id/
Afifah Mazaya
BalasHapus@afifahmazaya
Nggak keberatan.
Yang buta belum tentu tidak bisa melihat. Yang tidak buta belum tentu bisa melihat.
Setiap orang kan punya kekurangan, hanya saja dia kekurangannya langsung terlihat. Justru dari dia mungkin aja kita bisa banyak belajar. Aku mungkin melihat apa adanya. Dia mungkin melihat lebih dalam karena langsung darinperasaan.
Ada kan tuh drama yang tokoh utamanya tuna netra, tapi bisa menginspirasi. Avatar The Legend of Aang juga belajarnya dari tuna netra.
Kalau dia hopeless dengan keadaan? Support. Karena itu gunanya teman. Yang penting, buat dia nggak merasa sendiri. Lama-kelamaan, niatnya untuk melihat lebih dekat dengan segala yang dia punya bisa muncul.
^^
Pertanyaan menggoda untuk dijawab. Aku langsung kepikiran Avatar sih. Hihi.
Khoyul
BalasHapus@Jkhoyul
Teman tuna netra? Nggak keberatan.
Tetanggaku depan rumah, teman sejak kecil, dia tuli dan bisu. Kita bisa berteman seperti semuanya. Nggak ada yang membeda-bedakannya. Malahan kalau ngomong sama dia, kita yang pakai bahasa isyarat. Kita belajar bahasa dia. Kalau ada teman tuna netra, aku juga akan memperlakukannya sama.
jukhoyul@gmail.com
Hapus#COMEBACKTOME
Nama : Humaira Balfas
BalasHapusE-mail : humairabalfas5@gmail.com
Akun Twitter : @RaaChoco
Follow via email
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Tidak keberatan sama sekali. Seharusnya kita bangga mempunyai teman seorang tuna netra, dengan kekurangan yang mereka miliki tapi mampu menyamai bahkan melebihi apa yang kita dapat lakukan dan kemampuan yang kita miliki.
Seharusnya kita malu, ya malu.
Malu pada diri sendiri. Mereka melihat semuanya dari hati, sedangkan kita, hanya memberikan kesempatan pada mata untuk menilai tanpa memberikan kesempatan hati untuk melakukan hal serupa. Mereka memiliki hati yang cukup besar, yang berguna bukan hanya untuk memiliki perasaan. Tapi, sebagai kaca mata untuk melihat dan menilai dunia.
Dibalik satu kekurangan yang mereka miliki, ada banyak kelebihan mereka yang tak kita miliki. Hati mereka sempurna
Pertanyaannya bikin introspeksi diri nih :D :D
Nama: Afif Rohman
BalasHapusTwitter: @_Afif_Rohman
E-mail: rohmanafif212@gmail.com
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Sama sekali tidak. Berkaca dengan diri kita sendiri. Kita juga bukanlah orang yang sempurna, kita juga pasti punya kekurangan, entah itu fisik atau mental. Tapi ya itu, kok masih ada orang yang mau berteman dan bersahabat dengan kita. Kita bisa ambil pelajaran dari situ, dari sikap teman kita yang mau berteman dan menerima kekurangan kita. Baik itu kekurangan fisik, materi, sifat, dan kekurangan lainnya. Bukannya kurang etis! Kita yang ingin diterimah apa adanya, tapi justru gak mau menerimah kekurangan teman sendiri. Mereka juga sama seperti kita, ingin berteman, ingin bermain, ingin belajar, dan ingin diterimah apa adanya.
Nama: Bintang Maharani
BalasHapusTwitter: @btgmr
Email: btgmhrn@gmail.com
Nope. Not at all. Saat dia bisa menerima dan percaya pada saya sebagai temannya tanpa dia harus tahu dan melihat bagaimana rupa saya, maka tidak ada alasan jika saya harus mempermasalahkan kekurangan fisik dia. Orang seperti mereka adalah orang yang peka, mereka tahu bagaimana menilai dengan hati ketimbang fisik dan logika. Saya malah bangga bisa berteman dengannya. Jika dia menerima saya, artinya saya lulus kuelifikasi sebagai orang yang baik menurut penilaian hatinya.
Saya langsung membayangkan kalau saja saya yang ada di posisi dia sebagai tunanetra, tentu tidak mudah untuk menemukan teman--menemukan orang yang tidak memepermasalahkan kekurangan saya. Dan saya akan merasa sangat beruntung, bersyukur serta berterima kasih saat ada yang mau menerima keadaan saya apa adanya.
Jadi menurut saya, mungkin dia juga merasa demikian--dia merasa beruntung memiliki saya sebagai temannya. Tentunya untuk saya sendiri pun jadi bisa lebih banyak bersyukur dengan 'keutuhan' yang saya punya serta bisa memiliki teman yang tulus seperti dia.
nama: Visca Apriliyanti
BalasHapustwitter: @Visca_Apr
e-mail: apriliyantivisca@yahoo.com
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
setiap orang pasti punya kekurangan masing-masing, baik kekurangan fisik atau kekurangan lainnya.
aku sama sekali ga keberatan berteman dengan orang yang menderita tuna netra atau tuna apa pun itu. karena dalam berteman aku tidak pernah memilih harus berteman dengan siapa. cuma masalahnya apakah mereka *tuna netra* mau berteman dengan ku atau tidak? karena mereka *tuna netra/ tuna yang lain* kebanyakan minder untuk berteman dengan orang yang fisiknya normal
Nama : Tri
BalasHapusTwitter : @tewtri
Sulit rasanya buat keberatan karena pada dasarnya saya tidak bisa apalagi biasa untuk menilai pertemanan dari apa yang mereka punya dan tidak punyai.
Bagi saya berteman itu karena ada 'Hello' juga 'Hello too' tidak peduli dia tuna netra, tuna rungu atau seseorang pemilik kekurangan lain, toh nobody is perfect. Jika, saya bisa menerima kurangnya seseorang dari yang sudah-sudah, mereka pun dengan lapang hati menerima kekurangan saya. Beberapa tuna netra bahkan sering membuat saya bengong karena kagum, karena apa? Karena mereka bisa melakukan hal yang tidak bisa saya lakukan. Bertahan dalam gelap. Sesuatu yang begitu berat dan hebatnya mereka berusaha keras untuk mandiri.
Hari ini, seseorang yang masih menggolong-golongan teman menurut saya sudah ketinggalan zaman. Hidup kan bukan cuma melihat, kadang kita perlu banyak mendengar supaya tidak menyesal dan saya belajar ini dari dia yang memiliki keterbatasan namun berhati sangat luar biasa. Semoga semua orang bisa hidup saling berangkulan apa pun keadaannya.
Putri Prama Ananta
BalasHapus@putripramaa
Benar-benar nggak keberatan sama sekali.
Sebelumnya aku ingin bercerita sedikit tentang konsep berteman bagiku. Mungkin bagi sebagian orang terdengar agak ribet karena berteman saja memiliki konsep. Jadi, bagiku berteman itu sangat berharga karena aku bukanlah orang yang mudah berteman. Teman yang kumaksud di sini adalah teman yang berperan layaknya seorang teman; senantiasa mendukung, saling menghargai, memandang suatu hal yang terjadi padaku dari sudut pandangnya dan sudut pandangku sehingga tidak men-judge-ku seenaknya, dan tentu saja mengingatkanku ketika aku memang salah. Menemukan teman-teman yang layak menjadi teman memang sulit. Namun, 'sulit' itulah yang membuatku mampu memiliki teman yang sebenarnya.
Kembali ke 'berteman dengan tuna netra', tentu aku tak keberatan. Seperti yang kuungkapkan di atas, berteman bagiku sebenarnya sesederhana memandang dunia dengan perasaan (hati) dan tentu saja mengajak ke arah kebaikan. Berteman bukan perkara fisik, melainkan sebagai genggaman yang menguatkan kita menjalani kehidupan. Seperti itulah gunanya teman. Berteman bukan perkara tidak dapat melihat atau bisa melihat. Aku mengutip pendapat Kak Arini, "Karena buat aku hati itu yang akhirnya ‘melihat’ dan menumbuhkan cinta. Walaupun kita enggak bisa melihat fisik orang itu, hati kita tentu bisa merasakan ketulusannya."
Teman yang sebenarnya tidak pandang logika, hanya memandang ketulusan. Seperti halnya Ced yang membuang kerikil di jalan Senna, hal tersebut merupakan contoh dari saling menghargai dalam berteman.
Akan tetapi, aku nggak janji pertemananku dengan seorang yang tuna netra tersebut berjalan mulus. Pasti ada saat kita saling marah, kecewa, maupun sedih dengan teman kita. Ya, begitulah kehidupan yang digabung dengan cara berpikir manusia. Tapi, kembali lagi, jika memang pertemanan kita tulus tentu hal-hal seperti kerikil-kerikil kecil di jalan itu nggak akan mengganggu pertemanan kita.
Aku nggak keberatan berteman dengan tuna netra, justru aku yang akan bertanya, apakah orang tersebut mau berteman denganku? Aku ingin berteman dengan siapa saja, kok. Kita hanya perlu saling mengerti untuk menjadi teman.
Sukses giveawaynya Aya :D
BalasHapusMakasih kak Intan! Sukses utkmu juga ya. Akhirnya bisa bareng jd host :9
Hapuswening / @dabelyuphi
BalasHapusabsolutely NOT! setiap diri manusia itu pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. kalau aku mendiskriminasikan pertemanan hanya karena sebuah kekurangan fisik semata, aku pasti justru lebih buta dari seorang tuna netra. karena sejak kecil aku juga udah dididik untuk tidak membedakan teman yang aku miliki.
seorang penderita tuna netra mungkin tidak bisa melihat apa yang kita lihat, seperti birunya langit atau hijaunya dedaunan yang ada di sekeliling kita. tapi menurutku, ia justru bisa melihat apa yang ada di dalam hati seseorang, karena mereka melihat orang lain melalui mata batin mereka (bukan karena mereka bisa meramal atau apa ya).
Rini Cipta Rahayu
BalasHapus@rinicipta
rinspiration95@gmail.com
Aku nggak keberatan untuk berteman dengan mereka yang menyandang disabilitas. Bukankah memang sudah seharusnya tidak boleh membedakan manusia dan mau berteman dengan siapapun? Memiliki keterbatasan bukan berarti mematikan seluruh potensi diri yang dia punya. Mungkin dia memang tidak bisa melihat indahnya dunia, tapi dia pasti bisa membuat dunia menjadi indah karena keberadaannya.
Aku ambil hikmah positifnya. Tuhan mengirimkan seseorang di kehidupan kita agar kita belajar hal baik darinya. Mereka yang memiliki keterbatasan membuatku sangat bersyukur dengan kehidupan yang diberikan oleh Tuhan, jadi bisa lebih menghargai sesama. Aku juga belajar untuk melibatkan hati dalam setiap hal yang kita lakukan. Mereka melihat segala sesuatunya dengan tulus. Semangat mereka yang tidak mudah menyerah. Keadaan memang bisa saja membuat mereka terpuruk, tapi masih ada keinginan untuk bangkit dan menjalani kehidupan layaknya orang lain.Inspirasi bisa datang dari siapa saja =)
Nama: Amilatun Sakinah
BalasHapusEmail: amilatunsakinah@gmail.com
Akun twitter: @amilatunS
Jawaban:
Keberatan. Keberatan melihat teman yang tuna netra itu kepayahan melakukan sesuatu yang biasa bagi yang memiliki mata dengan fungsi normalnya. Keberatan melihatnya tegar (atau pura-pura tegar) hanya untuk membuat perasaan saya sebagai temannya untuk nggak usah khawatir.
Saya nggak tahu rasanya bakal seperti apa memiliki teman tuna netra, tapi saya pikir justru yang baper saya :D. Saya orangnya nggak tegaan dan akan jadi yang paling bingung menghadapinya, takut menyinggung sesuatu yang membuatnya terluka. Tapi saya akan menerimanya. Mungkin pertanyaannya bisa dibalik nanti, kalau suatu saat saya bertemu dan berteman dengan pemilik anugrah itu, teman itu betah dengan saya nggak, ya (yang pasti bakal baper terus saking nggak teganya)? hihi :)
Eris Andriani
BalasHapusayaseyis@gmail.com
@RizAnNie88
Tidak sama sekali,
Allah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya masing". Kekurangan bukan suatu alasan yg logis untuk memilih milih teman, tapi sikap, dan perilaku lah yg seharusnya dijadikan alasan untuk memilih teman.
Bahkan melalui teman yg seperti itu aku bisa lebih bersyukur dengan apa yg ku miliki, dan lebih bersemangat lagi dalam menjalani sesuatu. Kalau dia yg tuna netra tetap bisa bersyukur dan bisa menjalani aktifitasnya dengan baik kenapa aku tidak. ^_^
Yeyen Nursyipa
BalasHapus20yeyennursyipa@gmail.com
@YeyenNursyipa
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
JIKA teman tuna netra ini memiliki pemikiran positif atas kekurangan yang dimilikinya, selalu merasa bersyukur, tidak bergantung pada orang lain dan tidak ingin dikasihani tentu saya merasa tidak keberatan. Tapi saya akan sangat amat teramat keberatan jika teman tuna netra ini selalu menyalahkan keadaan hingga selalu berputus asa. bahkan sampai menyalahgunakan kekurangan ini dengan menjadi peminta-minta.
Kenapa?
Karena bagi saya, hidup itu saling mempengaruhi. Berteman dengan orang yang selalu berpikiran positif akan membawa kita berpikiran positif pun begitu pula sebaliknya. Ibaratnya seperti berteman dengan penjual minyak wangi maka kita akan kebagian wanginya. Dan orang yang normal bahkan tuna netra sekalipun, selama ia selalu berpikiran positif akan sangat diterima bahkan dicari untuk menjadi teman saya.
Menjalin persahabatan bagi saya tak mempermasalahkan fisik tapi tentang bagaimana pola pikirnya, apakah selalu melihat "sisi baik" dari segala sesuatu atau tidak. bahkan orang itu normal dan tak memiliki kekurangan sekalipun selama ia selalu berpikiran negatif dan tak memberi pengaruh baik, lebih baik saya menjauh.
Lois Ninawati
BalasHapusNinawatilois@gmail.com
@_loisninawati
Gak keberatan. Soalnya dia kan juga manusia yang punya hak berteman dgn org lain, jadi gak seharusnya org yg memiliki kekurangan itu dikucilkan.
Nama : Pida Alandrian
BalasHapusEmail : shafrida.alandrian@gmail.com
Twitter :@PidaAlandrian92
Link Share : https://twitter.com/PidaAlandrian92/status/713630332193341440
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Jawaban:
Tidak keberatan sama sekali.
Kenapa?
Karena bagiku teman itu bukan hanya utk dikoleksi, hanya diperbanyak, hanya cuma utk dipamerkan ke orang-orang kalau kita punya teman yg luar biasa sempurna *misalnya, atau mungkin hanya utk di ajak ngobrol ngalor-ngidul yg nggak penting, bukan itu saja.
tapi bagiku berteman itu perlu utk memperluas wawasan kita melalui teman-teman kita. bisa sharing bareng, canda-tawa bareng, dan jg tidak memilih-milih antara teman yg satu dgn teman yg lainnya.
begitu juga dengan orang-orang yang menyandang Tuna Netra.
Bukan keinginan mereka menjadi seorang Tuna netra, bukan keinginan orang tuanya melahirkan anak seorang tuna netra, bukan krn keinginan orang2 yg ada di sekitarnya yg menginginkan ia menjadi seorang tuna netra. Tapi itu semua sudah kehendak di atas yg Maha menciptakan segalanya.
Kita tidak ada hak untuk menghakimi orang yg tuna netra. tapi kita justru seharusnya memberi semangat & dorongan utk mereka agar tdk berkecil hati berada di lingkungannya sendiri.
Malahan kl kita lihat dr sisi nyata kehidupan, justru org sukses itu banyak yg datang dr org2 tuna netra. Kenapa? karena mereka mempunyai semangat tinggi utk sukses seperti org normal pada umumnya. Mereka tidak menunggu sukses itu datang, tapi mereka langsung bertindak & menjemput sukses itu.
Maka itu tadi, saya bilang kalau berteman itu bukan hanya utk di ajak ngobrol yg gak penting, tp juga bisa sharing bersama melalui pengalaman2 teman kita.
dan kalau saya memiliki teman seorang tuna netra malah saya merasa sangat bersyukur, karena saya di beri kesempatan utk berteman dan bs belajar ttg makna kehidupan yg sebenarnya dr mereka2 yg memiliki kekurangan.
Itulah alasan saya kalau memiliki seorang teman yg Tuna Netra.
Sekian jawaban saya..
Semoga berkenan dan menimbang saya utk bisa dapetin Buku #ComeBackToMe ini melalui GA yg di adain di blog ini..
Salam Pida Alandrian
;)
Nama: Ari | Email: muthia_batari@yahoo.com | twitter: @tiarizee
BalasHapusTidak, Aku sama sekali nggak keberatan untuk berteman dengan seorang tunanetra. Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain (teman) untuk menyokong kehidupan. Suatu saat jika aku benar-benar memiliki teman seorang tunanetra, aku juga pasti akan membutuhkan dia. Dalam segi apa? Apapun. Tapi yang pasti dari segi; pemikiran. Pemikiran orang tunanetra pasti berbeda dengan kita yang normal. Bagaimana mereka menata hidup, menjalani hidup, memaknai hidup, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, pasti membentuk pemikiran mereka jauh lebih terbuka, dan tangguh. Mungkin juga itu yang membuat para tunanetra terkenal pandai menulis dan juga menjelaskan sesuatu dengan detail.
Aku sangat penasaran dengan bagaimana mereka menjalani akvitas sehari-hari, membaca huruf braille, bagaimana mereka menggunakan komputer dan gadget, menghafal jalan, bagaimana mereka membayangkan warna, dan bagaimana mereka mengimajinasikan dunia---alam--- yang tidak bisa mereka raba? Aku tahu, mereka pasti punya cara tersendiri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku tersebut. Dan mereka hebat, aku akui itu.
Tapi, stigma negatif terhadap penderita tunanetra masih berseliweran di masyarakat, bukan?
Aku memang sangat tidak keberatan untuk berteman dengan penyandang tunanetra, namun JUJUR aku tidak ingin munafik dengan mengatakan berteman dengan seorang tunanetra itu hal yang mudah. Di lain sisi, aku pasti akan merasakan (maaf); kesal, jengkel, dan gemes sendiri. Apalagi untuk aku yang temperamennya suka labil. Seperti saat ingin bergerak cepat saat jalan namun kita harus berjalan lambat menyesuaikan mereka yang harus berhati-hati saat jalan, saat membantu mereka mencarikan tongkat nya yang hilang, tas tertukar dengan orang lain, dan apapun yang terkadang tertinggal.
Namun mungkin untuk orang emosian sepertiku, berteman dengan seorang tunanetra termasuk hal yang susah tetapi memberikan dampak yang luar biasa. Setidaknya untuk tidak gampang naik darah lagi, seperti saat mati lampu, contohnya. Mengumpat menjadi hal pertama yang kulakukan saat lampu mati. Aku tidak suka gelap, sungguh. Takut. Tapi, memikirkan para tunanetra di luar sana yang berteman dengan kegelapan, membuatku kembali berpikir, betapa beruntungnya aku yang masih diberi kesempatan untuk bisa melihat. Seakan-akan mati lampu yang sekarang sering terjadi di wilayahku seperti teguran dari-Nya untuk lebih mensyukuri hidup (Berkat pertanyaan GA ini, juga. Haha)
Dari segala kekurangan dan kelebihan berteman dengan para tunanetra, lalu setidaknya apa yang salah jika berteman dengan mereka? Berteman dengan mereka tanpa melihat fisik kita tentu memunculkan sudut pandang yang berbeda. Mereka bisa melihat kita apa adanya. Karena mungkin selama ini kita berteman dengan mengambil slogan 'dari mata turun ke hati' ; Melihat wajah terlebih dahulu untuk berteman, atau bagaimana prestasi mereka, hingga melihat apa yang mereka punya (kaya atau tidaknya).
Saran untuk pemerintah: Kalau bisa di setiap fasilitas masyarakat terdapat petunjuk (seperti braille) yang bisa diakses oleh para tunanetra, seperti huruf braille pada uang dan huruf braille pada kemasan produk.
Terimakasih untuk pertanyaan GA nya yang sedikit mencubit hatiku haha. Wish me luck!
Nama: Arie E. Pradianita
BalasHapusTwitter: @APradianita
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
TIDAK KEBERATAN SAMA SEKALI, karena:
Saat ini saya memiliki seorang teman tuna netra, saya akan menceritakan sedikit mengenai prinsip dalam hidup teman saya tersebut:
Sejak kecil dia telah diajari dan belajar memiliki prinsip dalam hidup, dan itu berawal dari hal-hal sederhana:
1. Karena dia butuh bantuan teman-teman di sekolah untuk membacakan buku atau saat guru menulis di papan tulis, dia harus bisa jadi “teman yang baik dan menyenangkan” untuk semua teman-temannya.
2. Saat dia ditolak sekolah atau kuliah, dia selalu ingin membuktikan bahwa meski dia tunanetra, dia juga bisa berprestasi dalam belajar. Dengan memiliki prestasi, orang akan menghargai dia, mengingatnya, dan tidak akan meremehkannya.
3. Dia memahami dan menyadari pentingnya memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik, karena dengan begitu dia bisa melakukan lebih banyak hal. Untuk itu, dia berusaha keras belajar bahasa Inggris, meski awalnya tidak mudah, namun, pada akhirnya dia bisa melakukannya, dan merasakan hasilnya sekarang.
4. Dia belajar dan menydari pentingnya punya “cita-cita” atau “impian” dalam hidup ini. Dan untuk itu, dia selalu punya “impian” di setiap tahapan dalam kehidupannya, hingga kini.
5. Begitu pula setelah menyelesaikan studi dan bekerja, dia senantiasa ingin melakukan pekerjaan yang belum banyak dikerjakan orang. Ini berarti pekerjaan itu memiliki banyak tantangan, namun, dengan belajar mengatasi tantangan satu per satu, dia menjadi orang yang lebih berarti, orang yang “spesial”, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain.
6. Sebagai manusia, dia tahu dia punya potensi, yang sering kali bahkan dia tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, dia terus belajar mengenali dirinya sendiri, potensi-potensi yang dia miliki, dan belajar mengembangkan potensi itu hingga menjadi kemampuan dan prestasi.
7. Dia selalu merasa “masih hijau”, dengan begitu dia selalu bersemangat untuk belajar, apa pun itu, dengan membaca, mengikuti seminar, loka karya, melakukan hal-hal baru, dll. Dengan terus merasa “masih hijau”, dia akan terus tumbuh dan berkembang, namun, jika dia merasa “sudah matang”, seperti buah, jika sudah matang maka tak lama lagi akan busuk, dan jika sudah busuk, maka tempatnya adalah di keranjang sampah, tak berguna, dan dibuang.
8. Dalam bekerja, dia tidak semata-mata hanya mencari uang, namun dengan bekerja dia “memberi” pada orang lain – dalam hal ini memberi kesempatan, pertolongan, dan lain sebagainya; dan dengan “memberi” dia pasti akan “mendapat”; jadi, makin banyak memberi, pasti akan makin banyak mendapat.
9. Dia percaya, dilahirkan menjadi seorang tuna netra bukanlah sebuah “kebetulan”, tapi ini adalah “rencana Tuhan” untuknya. Dan jika sesuatu itu merupakan “keputusan Tuhan”, dia percaya itu pasti yang “terbaik”. Oleh karenanya, meski sempat “marah” kepada Tuhan karena dia dijadikan seorang tuna netra, saat ini dia sangat “bersyukur dan bahagia” karena dipilih menjadi tuna netra, karena ini adalah “jalan” yang Tuhan berikan untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
10. Sebagai tuna netra, dia tidak mau terjebak dalam “stigma” bahwa tuna netra identik dengan “tukang pijit”, oleh karenanya dia berupaya merebut kesempatan belajar hingga ke perguruan tinggi. Dengan berpendidikan tinggi, dia belajar membangun dan membentuk pola pikir yang lebih sistematis, lebih kritis, dan lebih konseptual; kedua kemampuan itu sangat berguna kemudian saat dia bekerja, meski saat ini pekerjaannya tak berkaitan langsung dengan bidang studi yang dia pelajari.
11. Dia adalah seseorang yang memiliki hobi membaca; dengan membaca dia bisa “menguasai informasi”, yang berarti juga “menguasai dunia”; di samping itu, dia juga suka “jalan-jalan”, itu sebabnya dia memilih pekerjaan yang mengharuskan dia banyak melakukan perjalanan.
Saya masih ingat teman saya pernah bilang seperti ini: "KAMI KEBERATAN DISEBUT PENDERITA, KARENA KAMI TIDAK MERASA MENDERITA.. ^_^ "
Nama: Famia Kamilia
BalasHapusTwitter: @amifamia
Jwaban:
Tidak keberatan. Kenapa? Karena setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebuah kekurangan tidak menjadi penghalang buat berteman sama siapa saja.
Penderita tuna netra hanya tidak melihat penampilan seseorang saja, tapi mereka dapat melihat ketulusan seseorang dengan mata hatinya, sesungguhnya mata hati lebih tau mana yang tulus dan mana yang hanya pura-pura, karena ketulusan hanya dapat dirasakan oleh hati, dari pada mata (fisik) yang hanya melihat penampilannya saja tanpa tahu perasaan seseorang tersebut tulus atau tidak. Banyak orang yang tertipu hanya karena melihat penampilannya saja, kenapa? Karena mereka terkecoh dengan penampilannya dan tidak merasakan ada maksud lain yang terkantung didalam sebuah kebaikan tersebut, berbeda dengan penderita tuna netra yang lebih hati-hati dan merasakannya ketulusan atau tidak orang tersebut.
Lutfi A, akun Twitter @lutfixx, dan jawaban untuk pertanyaan: "Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
BalasHapusAku sedih kalau ada orang yang keberatan menjadi teman tuna netra. Mungkin, kadangkala penyandang tuna netra mengalami masa-masa dirinya sendiri kurang menerima keadaannya. Aku bilang 'jahat' jika kita menambah bebannya karena kita tak mau menjadi temannya.
Misalnya saja, ada anggota keluarga yang merasa malu dengan keadaannya, maka itu menjadi beban bagi penyandang tuna netra. Harusnya kita menolongnya, memberi dukungan dengan tidak menjauhinya. Jika kita keberatan menjadi temannya, cobalah pikir ulang, sisi 'humanity' kamu dimana. Kita juga bisa mencoba memikirkan sekali-kali misalnya kita menjadi dirinya. Karena penyandang tuna netra juga memiliki hati.
Aduh kebawa emosi, maaf ya kepanjangan. Semoga berkenan membacanya dan terimakasih ya ^^
BalasHapusDaisy S
@daisy_skys
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Tidak sama sekali . Justru malah aku merasa istimewa memiliki mereka .Bukan berarti jika kekurangan fisik mereka yang mencolok membuatku merasa aku lebih baik .Tidak ,justru aku malah berpikir aku lebih rendah dari mereka .Mereka yang biasa menjalani hari - harinya dalam gelap tanpa mengeluh sementara aku melihat sedikit saja hal yang membuatku tidak nyaman langsung mengeluh . Mereka yang melihat dari hati sementara aku kadang hanya percaya dengan yang kulihat .Mataku ini sudah banyak melakukan kesalahan .
Aku bukan sedang mencari teman yang kaya , cantik ,ataupun otak diatas rata - rata .Aku butuh teman yang selalu datang padaku sebagai kebutuhan .Bukan mereka yang datang padaku saat mereka butuh. Aku butuh dia yang membuatku memiliki segalanya dengan memilikinya (teman ) meski sebenarnya aku tak memiliki apapun .Aku tidak peduli Seperti apa visualnya , berapa banyak materi yang mereka miliki ,yang terpenting bagiku bagaimana hati mereka .Walaupun memiliki kekurangan fisik ,asal bukan hatinya yang kurang dengan senang hati aku akan menerima mereka. Dan inti dari sebuah pertemanan adalah ketulusan.
Ada begitu banyak alasan untuk menjalin persahabatan lalu hanya karena satu alasan — seorang tuna netra aku tidak menginginkan pertemanan . Aku sendiri bukanlah manusia yang sempurna ,karena kesempurnaan hanya milik Tuhan .Lalu atas hak apa aku harus keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra .Tidak terbatas pada itu saja ,entah itu tuna rungu ,tuna wisma atau apapun itu .Mereka semua juga manusia sama halnya denganku .Justru bisa memiliki mereka dalam hidupku aku merasa beruntung , aku pasti belajar dari kehidupan yang mereka jalani .Aku akan lebih dewasa menjalani hidupku dengan bimbingan teman seperti mereka .Dan mari berteman lalu taklukan dunia bersama - sama \(^_^)/
Nama: Fitriscia Jacilia
BalasHapusEmail: fitrisciajacilia@gmail.com
Twitter: @jacilpo
Aku tidak keberatan berteman dengan teman tuna netra. Karena aku berteman dengan siapa saja. Memang aku kadang pilih-pilih dulu dalam berteman, artinya, aku tidak berteman dengan mereka yang justru membawa dampak negatif bagiku, misalnya seperti menjerumuskanku ke dunia yg seharusnya tidak dimasuki atau hal-hal negatif lainnya. Tetapi, aku tidak pernah menolak apalagi keberatan berteman dengan siapapun sekalipun mereka adalah teman-teman yg berkekurangan, jisalnya dalam hal ini tuna netra. Selama dia mau menjadi temanku, aku pun juga mau menjadi temannya. Aku terbuka dengan siapa saja yang mau berteman denganku. Begitupun aku juga terbuka untuk berteman dengan siapa saja. Dari atas atau dari bawah. Lengkap ataupun berkekurangan. Bagiku kami semua sama. Sama-sama satu saudara di dalam kasih. Selama kita memiliki kasih tersebur, bukan menjadi penghalang untuk berteman dengan siapapun ;)
Nama: Fetreiacia Frida
BalasHapusTwitter: @fetreisciafrida
Aku ga keberatan sama sekali kok. Karena tuna netra itu juga diciptakan dari satu pencipta kan? Mereka hanya terlahir atau sedikit kurang beruntung karena terpilih untuk menjalani kehidupan sebagai tuna netra. Ga ada yang bisa memilih cara mereka ingin hidup ataupun keluarga mereka kan? Semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Esa.
Oleh karena kita adalah sama2 manusia yang diciptakan oleh pencipta kita, bukan alasan karena dia tuna netra kita harus menjauhi nya. Engga. Bahkan kalau mau kita lebih kenal dekat, tuna netra itu cenderung lebih kuat dari kita manusia yang lengkap. Karena mereka berani dan mampu menghadapi kehidpannya dalam gelap. Kalau itu aku, belum tentu aku dapat sekuat mereka.
Dengan berteman bersama mereka, kita dapat belajar banyak hal. Ga cuma belakar dari terang, kita juga bisa belajar dari kegelapan. Karena ga selamanya gelap itu seram dan menakutkan. Karena ternyata ada orang yang hidup dalam gelap itu, maksudnya tuna netra.
Aku ga keberatan sama sekali berteman dengan mereka, karena kita bisa saling melengkapi dan membantu. Bukankah manusia itu mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain? Kita ga selalu melulu membutuhkan orang yang dapat melengkapi kebutuhan kita, tapi kita juga memerlukan orang yang dapat kita lengkapi supaya kita tau apa itu artinya saling melengkapi.
Nama: Aulia
BalasHapusE-mail: auliyati.online@gmail.com
Twitter: @nunaalia
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Tidak. Karena berteman bisa dengan siapa saja, terutama dengan orang-orang yg bisa memberikan inspirasi. Teman tuna netra meskipun memiliki keterbatasan, mereka adalah pejuang hidup yg hebat. Aku selalu kagum dengan orang-orang seperti mereka yg tidak merasa putus asa dengan keadaan mereka, bahkan mereka bisa mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Bahkan seringkali mereka memiliki prestasi yg melebihi orang normal sekalipun. Itu menyadarkan aku untuk lebih bersyukur dan tidak mudah putus asa bila dalam masalah.
Aku selalu ingat ungkapan, "Allah SWT menciptakan makhluknya dengan tidak sia-sia." Dan itu benar adanya.
Nama : Nyi Penengah Dewanti
BalasHapusemail: nyipenengahdewanti@gmail.com
twitter : @nyipenengah
Link shared: https://twitter.com/NyiPenengah/status/714690686549954560
"Apakah kamu merasa keberatan memiliki teman seorang penderita tuna netra? Kenapa?"
Jawab: Tidak pernah sama sekali keberatan, kita nggak boleh membeda-bedakan dalam berteman. Karena Tuhan sendiri pun, menyayangi mahluknya dengan sangat adil. Siapa yang diberi ujian, bukan karena Tuhan nggak sayang. Justru agar mahklunya semakin kuat.
Nama: Cahya
BalasHapusTwitter: @chynrm
Email: cahyasptm@gmail.com
Tidak keberatan. Kenapa?
Dia kan sudah jadi temanku. Artinya aku nggak mempermasalahkan kekurangan apa pun pada diri dia. Kalau aku keberatan, ya aku nggak akan menjadikan dia teman sejak awal ehehe.