Selasa, 06 September 2016

Resensi The Lunar Chronicles: Cinder #1 karya Marissa Meyer




Judul: The Lunar Chronicles: Cinder #1
Penulis: Marrisa Meyer
Penerbit: Spring
Penerjemah: Yudith listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Tebal: 373 hlm
Rating: 4/5

Available @bukupedia

Apa yang ada di pikiran kamu saat mengingat sosok Cinderella? Pasti bayangan kalian akan terteuju pada salah satu tokoh wanita buatan Disney, yang tinggal bersama ibu dan kedua saudari tirinya kemudian diperlakukan menyedihkan oleh mereka. Tapi saat kalian membaca buku ini pandangan kalian akan terbuka, sosok Cinderella di masa depan telah bertransformasi menjadi sebuah cyborg. 

Cinder, si gadis mekanik misterius yang tinggal bersama kedua saudari tirinya Peony dan Pearl. Gadis itu adalah sebuah cyborg atau sebuah robot yang memiliki program otomatis. Cinder mungkin memang bukan gadis yang cantik seperti kedua saudarinya, tapi Cinder adalah seorang mekanik yang handal bahkan satu-satunya mekanik wanita terbaik di kota New Beijing. Tidak ada yang tak mampu diperbaikinya. Seolah kemampuannya itu sudah mengalir dalam tubuhnya. Walaupun terkesan tomboi, Cinder sangat mengagumi Pangeran Kaito, sang putra mahkota penguasa Persemakmuran Timur. Tapi selama ini ia belum pernah bertemu dengan Pangeran.

Sampai suatu ketika stan tempat Cinder bekerja kedatangan seorang pria dengan android bersamanya. Cinder sangat terkejut mengetahui pelanggannya itu adalah sang putra mahkota, Pangeran Kai. Sosok yang disukainya kini tepat berada di hadapannya. Tapi bukan dengan maksud mencari pemilik sepatu kaca, Pangeran Kai justru ingin meminta bantuan jasa Cinder untuk memperbaiki android hoover miliknya. Dengan senang hati Cinder menyanggupi permintaan pangeran.

Perlu untuk diketahui, negeri tempat tinggal Cinder dan kaum robot lainnya kini sedang dilanda bahaya. Sebuah wabah penyakit sedang mengancam seluruh penduduk negeri itu. Penyakit yang belakangan sudah menyebar beberapa tahun silam di Uni Afrika hingga kini belum ditemukan penyembuhnya. Para peneliti masih gencar melakukan penelitian khusus untuk masalah ini. Dan terpilihlah Cinder sebagai kelinci percobaan para peneliti. Apakah hanya sampai disitu kisah hidup Cinder? Tidak. Cinder terbawa dalam masalah pelik lainnya dan gadis itu mau tidak mau harus terlibat untuk menuntaskannya.

***

Fiuh, akhirnya aku bisa bernapas lega saat menutup buku ini. Jujur saja, aku tidak menyangka saat pertama kali mendengar kabar Spring akan menerbitkan buku ini. Biasanya Spring menerbitkan buku-buku seputar romance dan young adult. Tapi penerbit yang satu ini memilih mengangkat tema science fiction yang beberapa tahun lalu marak di dunia perbukuan.

Cinder adalah buku pembuka dari rangkaian The Lunar Chronicles yang ditulis oleh Marrisa Meyer. Mengambil benang merah kisah gadis-gadis ciptaan Disney, buku yang masuk dalam seri The Lunar Chronicles akan mengambil tokoh utama yang sedikitnya akan memiliki kesamaan dengan princess Disney. Di akhir buku ini juga terdapat cuplikan singkat untuk buku The Lunar Chronicles yang akan diterbitkan Spring berikutnya.

Saat beberapa orang blogger terpilih mulai membagikan review buku ini sebelum rilis, aku langsung tertarik untuk membaca buku ini. Aku tidak menyangka akan menyukai buku ini, tapi begitulah adanya.

Buku ini menawarkan kisah masa depan dari sudut pandang imajinasi fiksi. Di masa depan tidak ada lagi manusia, namun kehidupan akan diisi dengan robot-robot dan android. Mereka menjalankan aktivitas seperti manusia pada umumnya. Dengan bantuan footnote di dasar halaman, buku ini berada di masa setelah perang dunia keempat. Bisa kalian bayangkan betapa lamanya masa itu.

Cyborg Cinderela? Penulis mengangkat kisah Cinderella dalam dongeng menjadi sosok Cinderela yang futuristik. Walaupun hidup bersama kedua saudari tirinya, hubungan ketiganya tetap baik berbeda dengan cerita asli di dongeng Cinderela. Cinder sebagai tokoh utama sebuah Cyborg memiliki karakter yang kuat. Bisa dibilang dia buka gadis yang feminin seperti kedua saudarinya, ia lebih memilih menekuni dunia mekanik yang biasa ditekuni laki-laki. Kalau Cinder disamakan dengan Cinderela, sebenarnya tidak memiliki kemiripan.

Di awal cerita atau bab 1 pembaca akan dikenalkan dengan suasana dunia tempat tinggal Cinder. Aktivitas makhluk disana digambarkan dengan detail. Ppembaca mungkin akan merasakan datarnya cerita saat masih berada di awal bab. Ditambah lagi dengan dialog antar tokohnya yang belum menunjukkan kemana arah cerita buku ini.

Walaupun berbeda dengan kisah Cinderella ala Disney, masih ada sedikit kesamaan. Contohnya adalah saat Cinder di tawari untuk ikut ke pesta dansa dengan harapan nantinya bisa berdansa dengan pangeran. Tapi Cinder hanya menanggapi dengan remeh, dengan berkata kalau dia tidak ingin membuang uang hanya untuk sebuah gaun untuk ke pesta.Well, buku ini benar-benar diluar perkiraanku tapi aku tetap bisa menikmati petualangan dalam buku ini seperti halnya menonton film distopia.

Selain itu, Dengar-dengar Spring sudah mulai menyiapkan rilisnya Scarlet. Penasaran seperti apa si Jubah merah versi Marrisa Meyer? Kita tunggu saja. Aku pun sudah tidak sabar untuk menunggu Scarlet lahir, Spring!. Semoga akan lebih seru dan menantang dari buku pertamanya ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...