Judul : Girls in the Dark
Penulis :
Akiyoshi Rikako
Penerjemah :
Andry Setiawan
Penyunting : Nona
Aubree
Proofreader :
Dini Novita Sari
Ilustrator :
@teguhra
Penerbit : Haru
Terbit : Cetakan pertama,
Mei 2014
Tebal :
279 hlm
“Klub ini seperti
sebuah klub sosial. Siapa pun yang bisa memasuki statusnya akan terangkat.” –
hlm 33
Setelah beberapa
tahun ditutup karena kekurangan anggota, kegiatan klub sastra Sekolah Katolik
Putri Santa Maria di buka kembali. Klub tersebut dibuka kembali atas permintaan
anak dari salah satu pengelola penting di sekolah bernama Shiraisi Itsumi.
Awalnya tidak mudah untuk Itsumi membangun kembali klub sastra di sekolahnya. Diperlukan
setidaknya satu ketua dan satu orang wakil untuk mengisi sebuah klub. Lalu
terpilihlah Itsumi sebagai ketua dan sahabatnya Sumikawa Sayuri sebagai wakil
ketua.
Tempat berkumpul
kegiatan klub sastra SMA Putri Santa Maria berada di sebuah bangunan bekas
biara yang berada di luar satu kompleks sekolah. Atas ide Itsumi biara tua itu
di rombak menjadi sebuah kastel mewah untuk kegiatan klub sastra. Istumi
menyebutnya sebagai salon yang berarti
sebuah ruangan tempat berkumpul untuk membicarakan hal-hal tentang sastra
maupun akademik.
Bangunan itu
dirancang senyaman mungkin, dilengkapi dengan koleksi buku langka, interior mahal,
dapur modern dan segala macam kemewahan didalamnya.Semua itu dibuat atas permintaan
Itsumi pada ayahnya. Dalam waktu yang singkat klub sastra tumbuh menjadi sebuah
klub sosial elit di sekolah. Hanya orang-orang yang dipilih oleh Itsumi saja
yang bisa bergabung dalam klub itu.
Shiraisi Itsumi
adalah anak satu-satunya dari pengelola Sekolah Putri Santa Maria, Tuan
Shiraisi. Ia dikenal sebagai gadis yang pintar, kharismatik dan terkenal atas
kesempurnaan dalam dirinya. Ia sangat dikagumi seantero Sekolah Putri Santa
Maria. Mulai dari tingkatan SD sampai SMA pasti mengenal Itsumi. Setiap kali
mengingat Itsumi pastitidak terlepas dari sahabatnya yang bernama Sumikawa
Sayuri. Mereka sudah bersahabat sejak lama dan keberadaan Sayuri menjadi
pelengkap dari sisi tidak sempurna Itsumi-begitu juga sebaliknya.
Tiba pada suatu
ketika Itsumi memutuskan untuk menambah jumlah anggota klub sastra. Hojo-sensei selaku pembimbing klub sastra merasa
senang mendengar ide itu. Lalu secara acak Itsumi memilih orang-orang yang
dirasanya pantas untuk bergabung.
Takaoka Shiyo,
orang pertama yang dipilih untuk bergabung dengan klub sastra. Ia yang saat itu
berada satu tingkat dibawah Itsumi dikenal sebagai penulis muda pendatang baru.
Namanya melejit setelah serial Kimi-kage Sou tulisannya menyabet sejumlah
penghargaan. Setelah Takaoka bergabung klub sastra semakin serius dengan
kegiatannya.
Merasa masih
belum cukup, Itsumi kembali menambah anggota baru yaitu Kominami Akane. Gadis
dengan wajah layaknya boneka antik itu adalah anak dari pemilik tempat makan
legendaris Restoran Kominami. Akane semakin dipandang setelah restoran milik
keluarganya terbakar di suatu malam. Kemudian klub sastra semakin bersinar
dengan masuknya tiga anggota baru Koga Sanoko, Nitani Mirei dan salah seorang
murid internasional asal Bulgaria bernama Diana Detcheva.
Itsumi Sensei adalah
gadis yang sempurna. Selain anak dari pengelola sekolah, ia memiliki paras
cantik dan pemikiran yang tajam. Hampir
seluruh adik kelas di sekolah putri mengindolakannya, mulai dari SD sampai SMP.
Namanya semakin terkenal saat ia membangkitkan kembali klub sastra, membuat salonsastra yang megah hingga banyak
siswi yang ingin masuk kesana. Itsumi juga menjadi sosok yang sangat
berpengaruh bagi anggota klub sastra lainnya.
“Iya, inilah peraturan terakhirnya. Jangan bocorkan bahan apa yang dibawa oleh siapapun, jangan juga menyelidiki satu sama lain.”
Saat tiba-tiba
terdengar kabar Itsumi tewas, seluruh sekolah menjadi geger dengan kabar itu.
Tubuhnya ditemukan berlumuran darah dengan sebatang bunga lili di tangannya.
Tidak ada yang tahu apa penyebab kematian Itsumi. Ada yang bilang ia didorong
oleh anggota klub sastra dari lantai tiga. Tapi itu baru dugaan, kematian
Itsumi seperti sudah dirancang sedemikian rupa oleh si pembunuh hingga tidak
ada jejak sedikitpun. Sebenarnya apa dan siapa yang berada di balik kematian
Itsumi?
Jawabannya akan
terungkap setelah anggota klub sastra membacakan cerita buatanya di dalam acara
yami-nabe.
Apakah kehidupan akan jadi bermakna tanpa kita sendiri yang menjadi tokoh utamanya? – hlm 226
Pegang rahasianya, rebut tempatnya berada, dan sudutkan. Menggenggam rahasia seseorang sama dengan menggenggam rahasianya. Tidak ada kepuasan yang melebihi kepuasan itu. – hlm 227
Saat menggenggam
buku ini, tebakan pertama saya mengenai buku ini adalah tema horor dan misteri.
Setidaknya itu yang bisa ditangkap dari sinopsisnya. Namun tebakan itu salah,
buku ini berbeda dengan buku misteri lainnya. Kunci pembeda dari buku ini
terlihat jelas dari cara bercerita
Akiyoshi Rikako yang menuntut.
Awal kisah dibuka
dengan pertemuan yami-nabe yang sudah jadi acara rutin klub sastra. Dihadiri
oleh lima anggota dan Sumikawa Sayuri sebagai ketua klub. Dalam pertemuan rutin
ke enam belas itu kelima anggota diminta membacakan cerita pendek buatan mereka
untuk mengenang ketua mereka sebelumnya
Shiraisi Itsumi. Ditengah badai yang diselimuti kegelapan dengan satu lilin
ditangan, acara yami-nabe malam itu menjadi mencekam. Seluruh anggota
menuliskan analisis mereka tentang sosok ketua mereka dan alasan di balik
kematiannya.
Penulis
memberikan kesempatan untuk mengetahui awal pertemuan masing-masing anggota
dengan Itsumi sebagai pelaku utama. Faktanya setiap anggota memiliki keunggulan
yang membuat mereka bersinar dan dikenal lingkungan sekitarnya. Setiap
kelebihan yang dimiliki anggota dikumpulkan untuk satu tujuan. Dan tokoh utama
di buku ini cerdik sekali memanfaatkannya.
Klub sastra
seperti sebuah lakon sandiwara, dan masing-masing anggota memiliki peran
tersendiri yang hebatnya hal itu baru terungkap di akhir cerita. Ada sutradara
yang membantu mengarahkan, penulis skenario dan lima aktor utama yang saling
menyimpan rahasia.
Seperti sebuah
naskah cerita, semakin manis cerita semakin dalam konflik yang disisipkan.
Akiyoshi membuat cerita dengan plot yang rapi dan konflik yang tidak terduga.
Permasalahan yang dialami masing-masing tokoh di samarkan hingga tidak
terlihat. Saat mengikuti kisah yang dituturkan lima anggota klub sastra,
kesemua tokoh saling menuduh satu sama lain sebagai pelaku. Tapi tidak ada
celah yang diberi penulis untuk mengetahui siapa dalang sebenarnya. Pembaca
dibiarkan menebak-nebak dan tidak sadar ingin membuktikan benar atau tidaknya
tuduhan dari kelima anggota itu.
Sebagian besar
penulis merangkai cerita menggunakan alur mundur. Kelima tokoh menceritakan
awal pertemuan mereka dengan Itsumi dilanjutkan dengan keseharian mereka selama
menjadi anggota klub. Dari masing-masing cerita mereka, setiap tokoh mendapati
hal-hal aneh pada diri Itsumi sebelum akhirnya ia tewas dengan cara yang
misterius. Lalu diakhiri dengan dugaan salah satu diantara mereka yang dianggap
sebagai pembunuh sebenarnya.
Membaca buku
pertama Akiyoshi yang diterbitkan penerbit Haru memberi kesan tersendiri untuk
saya yang jarang membaca buku psikologi thriller. Terutama dengan
rahasia-rahasia kotor yang mungkin disembunyikan oleh setiap orang. Saat
memasuki dua bab terakhir saya tidak menyangka kasus ‘pembunuhan’ Itsumi akan
menjadi serumit ini. Ada rasa tidak percaya saat mengetahui penulis mengakhiri
cerita dengan membeberkan fakta-fakta yang tidak dimunculkan.
Walaupun buku ini
bisa dibilang menarik, buku ini juga tidak bisa dibilang luar biasa. Penulis
tidak memunculkan twist selama menuliskan ceritanya. Twist justru baru
dimunculkan saat sudah memasuki ending. Banyak sekali cerita yang bolong-bolong
dan masing-masing tokoh tidak sepenuhnya jujur dalam menuliskan cerita mereka.
Hal ini membuat pembaca bingung dan tidak punya kesempatan menebak pelaku yang
sebenarnya.
Jujur saja sesaat
berada di bagian salam pembuka saya sudah bisa menebak siapa juru kunci dari
cerita ini. Tapi rasanya tidak akan seru kalau terlalu awal menentukan
pelakunya. Saya memutuskan menikmati buku ini tanpa menebak-nebak agar tidak
kehilangan keseruannya. Lalu setelah dua
naskah berlalu saya mulai merasa ada yang aneh dengan tingkah laku si tokoh
utama. Saya merasa ada jiwa yang aneh yang membentuk karakter Shiraisi Itsumi.
Dan semua itu berhasil dijawab oleh penulis di akhir cerita.
Di buku cetakan
pertama ini, saya mendapati beberapa kekurangan dalam hal penulisannya. Mulai
dari penggunaan tanda koma (,) setelah kata sampai di SMA di paragrafpertama
halaman 32 seharusnya dihilangkan. Dan juga ketidakkonsistenan penyebutan nama
depan Sumikawa Sayuri menjadi Shirakawa Sayuri. Satu hal lagi, saya sulit
sekali untuk menghapal nama-nama setiap anggota klub sastra. Hal ini malah
membikin saya harus membolak-balik halaman untuk memastikan nama setiap
tokohnya. Mungkin karena bukan pecinta buku-buku Asia saya jadi sulit
menghapalkannya semua.
Semoga di buku Akiyoshi Rikako lainnya aku akan menemukan keseruan yang lebih dari buku ini. :)
Cyaaaaaa ini buku wishlist banget euuy. Katanya buku2 thriller/horor/misteri-nya J-Lit itu bagus2 ya?
BalasHapusBaca ,, baca ,, baca ,, Pecinta horor mesti baca pokoknya wkwkwk xD. Jlit misteri banyak yang bagus bin, kalau Jlit horor aku belum pernah baca. Nanti takut susah ke kamar mandi haha
BalasHapus