Judul: The Lunar Chronicles: Cinder #1
Penulis: Marrisa Meyer
Penerbit: Spring
Penerjemah: Yudith listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Tebal: 373 hlm
Rating: 4/5
Available @bukupedia
Apa
yang ada di pikiran kamu saat mengingat sosok Cinderella? Pasti
bayangan kalian akan terteuju pada salah satu tokoh wanita buatan
Disney, yang tinggal bersama ibu dan kedua saudari tirinya kemudian
diperlakukan menyedihkan oleh mereka. Tapi saat kalian membaca buku ini
pandangan kalian akan terbuka, sosok Cinderella di masa depan telah
bertransformasi menjadi sebuah cyborg.
Cinder,
si gadis mekanik misterius yang tinggal bersama kedua saudari tirinya
Peony dan Pearl. Gadis itu adalah sebuah cyborg atau sebuah robot yang
memiliki program otomatis. Cinder mungkin memang bukan gadis yang cantik
seperti kedua saudarinya, tapi Cinder adalah seorang mekanik yang
handal bahkan satu-satunya mekanik wanita terbaik di kota New Beijing.
Tidak ada yang tak mampu diperbaikinya. Seolah kemampuannya itu sudah
mengalir dalam tubuhnya. Walaupun terkesan tomboi, Cinder sangat
mengagumi Pangeran Kaito, sang putra mahkota penguasa Persemakmuran
Timur. Tapi selama ini ia belum pernah bertemu dengan Pangeran.
Sampai
suatu ketika stan tempat Cinder bekerja kedatangan seorang pria dengan
android bersamanya. Cinder sangat terkejut mengetahui pelanggannya itu
adalah sang putra mahkota, Pangeran Kai. Sosok yang disukainya kini
tepat berada di hadapannya. Tapi bukan dengan maksud mencari pemilik
sepatu kaca, Pangeran Kai justru ingin meminta bantuan jasa Cinder untuk
memperbaiki android hoover miliknya. Dengan senang hati Cinder
menyanggupi permintaan pangeran.
Perlu
untuk diketahui, negeri tempat tinggal Cinder dan kaum robot lainnya
kini sedang dilanda bahaya. Sebuah wabah penyakit sedang mengancam
seluruh penduduk negeri itu. Penyakit yang belakangan sudah menyebar
beberapa tahun silam di Uni Afrika hingga kini belum ditemukan
penyembuhnya. Para peneliti masih gencar melakukan penelitian khusus
untuk masalah ini. Dan terpilihlah Cinder sebagai kelinci percobaan para
peneliti. Apakah hanya sampai disitu kisah hidup Cinder? Tidak. Cinder
terbawa dalam masalah pelik lainnya dan gadis itu mau tidak mau harus
terlibat untuk menuntaskannya.
***
Fiuh,
akhirnya aku bisa bernapas lega saat menutup buku ini. Jujur saja, aku
tidak menyangka saat pertama kali mendengar kabar Spring akan
menerbitkan buku ini. Biasanya Spring menerbitkan buku-buku seputar
romance dan young adult. Tapi penerbit yang satu ini memilih mengangkat
tema science fiction yang beberapa tahun lalu marak di dunia perbukuan.
Cinder
adalah buku pembuka dari rangkaian The Lunar Chronicles yang ditulis
oleh Marrisa Meyer. Mengambil benang merah kisah gadis-gadis ciptaan
Disney, buku yang masuk dalam seri The Lunar Chronicles akan mengambil
tokoh utama yang sedikitnya akan memiliki kesamaan dengan princess
Disney. Di akhir buku ini juga terdapat cuplikan singkat untuk buku The
Lunar Chronicles yang akan diterbitkan Spring berikutnya.
Saat
beberapa orang blogger terpilih mulai membagikan review buku ini
sebelum rilis, aku langsung tertarik untuk membaca buku ini. Aku tidak
menyangka akan menyukai buku ini, tapi begitulah adanya.
Buku
ini menawarkan kisah masa depan dari sudut pandang imajinasi fiksi. Di
masa depan tidak ada lagi manusia, namun kehidupan akan diisi dengan
robot-robot dan android. Mereka menjalankan aktivitas seperti manusia
pada umumnya. Dengan bantuan footnote di dasar halaman, buku ini berada
di masa setelah perang dunia keempat. Bisa kalian bayangkan betapa
lamanya masa itu.
Cyborg
Cinderela? Penulis mengangkat kisah Cinderella dalam dongeng menjadi
sosok Cinderela yang futuristik. Walaupun hidup bersama kedua saudari
tirinya, hubungan ketiganya tetap baik berbeda dengan cerita asli di
dongeng Cinderela. Cinder sebagai tokoh utama sebuah Cyborg memiliki
karakter yang kuat. Bisa dibilang dia buka gadis yang feminin seperti
kedua saudarinya, ia lebih memilih menekuni dunia mekanik yang biasa
ditekuni laki-laki. Kalau Cinder disamakan dengan Cinderela, sebenarnya
tidak memiliki kemiripan.
Di
awal cerita atau bab 1 pembaca akan dikenalkan dengan suasana dunia
tempat tinggal Cinder. Aktivitas makhluk disana digambarkan dengan
detail. Ppembaca mungkin akan merasakan datarnya cerita saat masih
berada di awal bab. Ditambah lagi dengan dialog antar tokohnya yang
belum menunjukkan kemana arah cerita buku ini.
Walaupun
berbeda dengan kisah Cinderella ala Disney, masih ada sedikit kesamaan.
Contohnya adalah saat Cinder di tawari untuk ikut ke pesta dansa dengan
harapan nantinya bisa berdansa dengan pangeran. Tapi Cinder hanya
menanggapi dengan remeh, dengan berkata kalau dia tidak ingin membuang
uang hanya untuk sebuah gaun untuk ke pesta.Well, buku ini benar-benar
diluar perkiraanku tapi aku tetap bisa menikmati petualangan dalam buku
ini seperti halnya menonton film distopia.
Selain
itu, Dengar-dengar Spring sudah mulai menyiapkan rilisnya Scarlet.
Penasaran seperti apa si Jubah merah versi Marrisa Meyer? Kita tunggu
saja. Aku pun sudah tidak sabar untuk menunggu Scarlet lahir, Spring!.
Semoga akan lebih seru dan menantang dari buku pertamanya ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS