Judul : Me Before You
Cast :
Emilia Clarke,
Sam Claflin,
Jenna Coleman,
Charles Dance,
Matthew Lewis,
Ben Lloyd-Hughes dan
Janet McTeer.
Sutradara :
Thea Sharrock
Adaptasi dari : Me Before You karya Jojo Moyes
Rilis asli : 3 Juni 2016
Rilis di Indonesia : 2 September 2016
Rating by me : 6/10
Me Before You, film yang diadaptasi dari judul yang sama karangan Jojo Moyes jadi wishlist film utama yang sangat kutunggu di tahun 2016. Sempat tetunda tayang di negeri sendiri karenadipaksa mengalah dengan film dalam negeri yang menguasai teater Indonesia saat itu, Me Before You akhirnya dijadwalkan tayang di bulan September 2016.
Berkat memenangkan tiket print screening yang diberikan Gramedia, aku bisa menonton Me Before You sehari sebelum jadwal resminya. Dan, hasil adaptasinya cukup memuaskan untuk aku yang sudah membaca bukunya.
Me Before You dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris yang sudah sangat dikenal. Lousia Clark diperankan oleh
Emilia Clarke dan Will Traynor diperankan oleh
Sam Claflin. Dari dua tokoh utama ini aku sangat suka sekali mereka memerankan dua karakter yang saling bertolak belakang layaknya Lou dan Will.
Emilia Clarke berhasil menjiwai karakter Louisa dengan sangat baik. Ekspresi yang dipancarkannya behasil menonjolkan perannya. Dia sangat besinar sampai-sampai aku merasa
Emilia Clarke ini lebih bersinar dari pemeran lainnya di film ini.
|
Si Gadis Bergaun Merah |
|
Adegan saat Lou membetulkan foto yang dipecahkan Will |
|
Lou saat petama kali mengunjungi rumah Will untuk menjadi perawatnya |
|
Lou sehari-hari |
Will, ia adalah karakter yang sangat menyentuh sekaligus rapuh. Will yang memiliki kehidupan yang sangat menarik dan menantang saat sebelum mengalami kecelakaan dihadapkan pada kehidupan yang berbeda setelah ia mengalami kecelakaan. Will yang belum bisa meneima keadaannya memutuskan untuk menyudahi hidupnya dengan mendaftarkan diri untuk mengikuti dignitas di Swiss. Ibu Will merahasiakan hal itu dari Lou dan merahasiakan usaha percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan Will namun gagal. Sementara melihat keadaan Will yang sekarat dan kehilangan harapann, Lou mencari segala cara untuk mengubah niat Will untuk mengakhiri hidupnya.
|
Saat menerima hadiah ulang tahun |
|
Saat di bandara pulang dari liburan |
Will Traynor diperankan oleh
Sam Claflin. Dan maaf sekali
Sam Claflin belum mampu merebut hatiku sepenuhnya. Lou berhasil diperankan dengan maksimal eloeh Emilia tapi tidak untuk Will. Inilah yang jadi kesulitan memerankan peran Will, karena memerankan pria yang sakit, cacat, putus asa dan tidak memiliki harapan adalah sebuah tantangan besar. Dan menurutku
Sam Claflin belum memerankannnya dengan maksimal. Walau dialog yang diucapkannya membuatku bersimpati padanya.
|
Ekspresi meremehkan Lou dihari pertamanya bekerja |
|
Ekspresi Will melihat gaya berpakaian Lou yang unik |
|
Will saat mendengarkan Lou membicarakan mantan kekasih Will yang akan menikah |
Berbeda dengan peran yan diambilnya di serial Game of Thrones,
Emilia Clarke sangat natural dengan kesederhanaannya. Aku suka sekali dengan kostum, pakaian sehari-hari dan aksesoris milik Lou. Dijamin bikin iri untuk mereka-mereka yang gemar mengoleksi aksesoris vintage dan bunga-bunga. Hal ini makin menonjolkan sisi ceria dan gembira dari seorang Louisa Clark.
Film Me Before You patut diapresiasi dari segi setting dan pilihan lokasi shootingnya. Menonton Me Before You akan membawamu ke sisi lain kota di Inggris yang memiliki banyak kastil seperti negeri dongeng dan spot lainnya yang tidak kalah memukau. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah lokasi tempat Lou dan Will berlibur di sebuah resort di tepi pantai.
|
Historic
Pembroke |
Historic
Pembroke, Wales, served as Lou and Will’s quaint hometown. The coastal
location has also been featured in Harry Potter and the
Deathly Hallows, Snow White and the Huntsman, and
Robin Hood.
*
|
Pembroke
Castle |
Pembroke
Castle provided the exteriors for the Traynors’ massive estate, while
Wytham Abbey, a home in Oxfordshire, played the role of Grantchester
House, the family’s home inside the castle walls.*
|
Sandown
Park in Esher, Surrey |
Sandown
Park in Esher, Surrey—a favorite spot of the Queen Mother—is featured
when Lou and Will go to a horse race and was also used in a different
scene as an airport check-in area.
|
Harrow, an area
in northwest London |
Lou’s cozy
family home is a sharp contrast to the grandeur of the Traynor mansion.
The production team filmed the exterior of the house in Harrow, an area
in northwest London.
|
Chenies Manor House in
Buckinghamshire |
Lou
accompanies Will to a wedding, which was shot at Chenies Manor House in
Buckinghamshire. The historic property dates from the 12th century and
includes a Tudor brick house, a church built in the late 15th and early
16th centuries, and spectacular gardens.
|
tropical island of Mauritius |
Majorca,
Spain, stands in for the tropical island of Mauritius, where Lou and
Will travel for a romantic getaway. The Barceló Formentor Hotel was
used as the back
|
The Dignitas Centre in Zurich |
|
The Dignitas Centre in Zurich |
|
Passien room |
"Once they arrive in Zurich the individual must pay £620 for two
appointments with the doctor and a further £1,860 to pay for two
Dignitas staff members to organise and witness the death" read more*
Dignitas is a Swiss nonprofit member's society providing assisted
/ accompanied suicide to those members of the organisation who suffer
from
terminal illness
and/or severe physical and/or mental illnesses, supported by (of the
organization independent) qualified Swiss doctors. They have helped over
2,100
[1] people die at home within Switzerland and at Dignitas' house/flat near
Zürich.
Additionally, they do advisory work on palliative care, health care
advance directive and suicide attempt prevention and they have been
leading and supporting numerous court cases and legislation projects for
right-to-die laws around the world.
Members of Dignitas who wish for an assisted suicide have to be of sound
judgement, themselves able to do the last act which brings about death,
and submit a formal request including a letter explaining their wish to
die and most of all medical reports showing diagnosis and treatments
tried. For people with severe psychiatric illnesses, additionally, an
in-depth medical report prepared by a psychiatrist that establishes the
patient's condition, is required as to a Swiss Supreme Court decision. - source from Wikipedia
|
When he down |
|
When he smile |
Tidak ada yang sempurna, begitu juga dari sebuah film hasil adaptasi buku. Ada kelebihan dan kekurangan yang bisa ditemui dari film adaptasi. Tapi film ini sangat aku sarankan untuk ditonton sebelum membaca bukunya. Soal mana yang lebih bagus, keduanya sama-sama worth it untuk dinikmati. Selamat menonton. :)
|
Mrs Will |
|
Saat liburan |
|
Saat di Paris, membaca surat dari Will |
|
Saat di taman |
|
Menemani Patrick berlari, dan kau membenci saat-saat itu |
|
Saat Liburan
|
|
Meyakinkan Nathan untuk mengizinkan Will pergi |
|
Pagi hari saat liburan |
|
Tonton filmnya, baca bukunya ^^ |
Quotes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS