Judul : Mr B vs Miss AB: Reality (Blood Type series #1)
Penulis : Byanca Sastra
Desain cover : Jang Shan Dyandha Hanjani
Penata isi : Yusuf Pramono
Penerbit : Grasindo
Terbit : Maret 2015
Tebal : 234 hlm
Rating : 3/5
Sebagai salah satu anak yang hidup dan besar di dalam panti asuhan Han Mi Soo sangat tahu bagiamana rasanya tinggal disana. Satu rumah dengan banyak anak terlantar yang bernasib sama, diurus oleh ibu panti dan masih banyak kisah lainnya yang sulit untuk dilupakan. Sampai suatu ketika dialah yang terpilih untuk diadopsi, Mi Soo ingin rumah panti itu terus berdiri. Ia berjanji akan selalu mampir dan membantu kegiatan disana sebisa yang ia lakukan.
Hye Sun pernah bilang kalau Mi Soo memiliki rasa kepedulian yang sangat tinggi. Sedikitnya hal itu memang benar. Setelah bekerja di Caffest Mi Soo masih saja tetap mengunjungi panti asuhan itu. Mungkin sifatnya ini memang didasari golongan darah AB miliknya yang juga menurunkan sifat suka berkomentar tentang segala sesuatu.
“Aku sungguh tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiranmu. Bahkan kita baru mengenal satu sama lain tetapi kau sudah menjadi beban baru untukku. – Ji Hoon
Sampai tiba suatu ketika seorang pria datang memberitahukan perihal perobohan panti asuhan itu. Tega sekali orang itu yang berani merobohkan panti yang sudah menjadi rumahnya. Mi Soo tidak tinggal diam lantas ia mengajukan syarat pada pria yang ternyata seorang pengacara untuk menyediakan rumah baru bagi anak-anak panti. Tapi kenapa tiba-tiba pria itu membatalkan perjanjian dengannya? Mi Soo tidak akan semudah itu menyerah pada permintaan pengacara yang ternyata bernama Choi Ji Hoon. Mi Soo tidak akan berhenti sampai keinginannya dipenuhi.
Choi Ji Hoon tidak mengerti apa pentingnya panti asuhan itu untuk Mi Soo. Yang ia tahu panti itu berdiri ditanah yang sudah dibeli perusahaan. Dan ia tidak ingin hanya karena gadis itu pekerjaannya terhambat. Ditambah gadis itu telah melukai matanya dan tidak langsung menghancurkan bagian belakang mobilnya. Bukankah harusnya Ji Hoon yang menuntut balik gadis itu bukan malah sebaliknya. Gadis itu memang gigih dengan tuntutannya. Dan lihat ia membawa anak-anak panti dan memaksa mereka untuk diizinkan tinggal di rumah Ji Hoon sampai dipenuhinya rumah baru panti mereka. Kini Ji Hoon tidak bisa membantah perkataan Mi Soo.
Makin sering mereka berdua bertemu perasaan yang lain muncul tiba-tiba. Mi Soo yang pertama kali merasakan getar-getar cinta. Ji Hoo yang mabuk dan punya kisah karir dan keluarga yang berat membuat Mi Soo kian kagum dengan pria itu. Sikap ketusnya memandang anak-anak perlahan memudar dan berganti dengan rasa peduli pada anak-anak panti. Masih bisakah Mi Soo bertahan dengan janji yang ia ciptakan untuk tidak jatuh cinta lagi? Ukh, rasanya hal itu tidak mungkin bahkan setelah ciuman Ji Hoo di malam itu Mi Soo tidak berhenti untuk memikirkannya.
Choi Ji Hoon tidak mengerti apa pentingnya panti asuhan itu untuk Mi Soo. Yang ia tahu panti itu berdiri ditanah yang sudah dibeli perusahaan. Dan ia tidak ingin hanya karena gadis itu pekerjaannya terhambat. Ditambah gadis itu telah melukai matanya dan tidak langsung menghancurkan bagian belakang mobilnya. Bukankah harusnya Ji Hoon yang menuntut balik gadis itu bukan malah sebaliknya. Gadis itu memang gigih dengan tuntutannya. Dan lihat ia membawa anak-anak panti dan memaksa mereka untuk diizinkan tinggal di rumah Ji Hoon sampai dipenuhinya rumah baru panti mereka. Kini Ji Hoon tidak bisa membantah perkataan Mi Soo.
Makin sering mereka berdua bertemu perasaan yang lain muncul tiba-tiba. Mi Soo yang pertama kali merasakan getar-getar cinta. Ji Hoo yang mabuk dan punya kisah karir dan keluarga yang berat membuat Mi Soo kian kagum dengan pria itu. Sikap ketusnya memandang anak-anak perlahan memudar dan berganti dengan rasa peduli pada anak-anak panti. Masih bisakah Mi Soo bertahan dengan janji yang ia ciptakan untuk tidak jatuh cinta lagi? Ukh, rasanya hal itu tidak mungkin bahkan setelah ciuman Ji Hoo di malam itu Mi Soo tidak berhenti untuk memikirkannya.
“Segala hal yang buruk, segala yang membuatmu selalu sedih dan merasa ketakutan adalah hal yang harus kau lawan. ... Semua orang berhak untuk bahagia.” – ji Hoon
Buku pertama
karya Byanca yang saya baca sekaligus pembuka seri Bood Type yang diterbitkan
Grasindo. Bab pertama dibuka dengan percakapan Mi Soo dan Hye Sun yang
sama-sama bekerja di Caffest. Dikisahkan Caffest yang merupakan restaurant
bintang lima termasuk tempat yang ramai dikunjungi. Dari tempat makan itulah Mi
Soon melihat Ji Hoon yang sedang makan bersama kakeknya. Dari perjumpaan kecil
itu mereka dipertemukan lagi lewat konflik penyelamatan panti asuhan.
Sebuah kisah
roman dengan tema yang klise untuk sebuah novel ala Korea dilihat dari plotnya
yang sederhana dan drama percintaannya yang manis dan kadang getir. Penulis
menitik beratkan pada penyatuan kedua tokoh utamanya Mi Soon dan Ji Hoon
menjadi sepasang kekasih yang utuh.
Hal menarik lain
yang bisa dijumpai di buku ini adanya hubungan karakter seseorang berdasarkan
golongan darahnya. Mi Soo yang memiliki golongan darah AB dipertemukan dengan
Ji Hoon yang bergolongan darah B. Seperti itulah konsep buku ini dan maksud
dari judulnya. Saya suka dengan konsep ini karena makin mengenalkan pembaca
tentang sifat-sifat tertentu yang dimiliki tiap golongan darah. Buku ini juga
menambah pengetahuan untuk mengenali karakter orang-orang disekitar kita dan
memahami karakter mereka.
Sayangnya di buku ini saya tidak merasakan kedekatan yang intens antara dua tokoh utamanya. Mungkin ini bisa dijadikan perhatian untuk penulis kedepannya agar membuat karakter rekaannya semakin hidup. Dan menurutku karakterisasi tokoh-tokohnya masih samar-samar. Apa yang membuat Ji Hoon ini spesial dibandingkan pria lainnya belum maksimal. Hal yang sama juga terasa dari tokoh Mi Soo.
Sedangkan dari
gaya menulis, saya suka sekali dengan cara penulis memikirkan dialog dan narasi
ceritanya. Terasa luwes dan ringan walau agak mendayu-dayu tapi ringan dan seru
untuk dibaca. Terasa sekali seperti sedang menonton drama Korea di tv.
Nice story, Byanca. So proud of you :)
Kalau tidak salah buku series golongan darah ini sudah terbit banyak. Namun sata belum membaca satu buku pun. Saya sedikit tidak tertarik dengan cerita yang ber-setting Korea, yang dibuat penulis Indonesia. Kesannya banyak kekurangan. Saya juga setuju mengenai keunggulan series golongan darah ini, pembaca dikenalkan dengan karakter-karakter sesuai golong darahnya.
BalasHapusKalau penulis nggak berada di satu negara sesuai yg ditulisnya, pasti penggambaran latarnya tidak akan maksimal. Tergantung kemapuan penulis menuangkanknya juga sebenarnya
Hapus