Minggu, 28 Agustus 2016

Resensi Buku Memeluk Masa Lalu karya Dwitasari


Memeluk Masa Lalu

Penulis : Dwitasari

Penyunting : Dila Maretiqhasari

Ilustrasi sampul : Naidi Atika

Ilustrasi isi : Musthofa Nur Wardoyo

Pemeriksa aksara : Mia F. Kusuma & Nurul Handayani

Penata aksara : Martin Buczer

Digitalisasi : Rahmat Taani H.

Penerbit : Bentang Belia

Tebal : 132 hlm

Terbit : 2015

Rating : 2/5



Ketika bertemu kembali dengan Cleo di MeetYou, sebenarnya dia hanya ingin minta maaf dan pamit. Raditya hanya ingin gadis itu berhenti mencari tahu tentangnya, berhenti menulis tentangnya, dan berharap gadis itu segera membencinya.


Cleo, selain sedang menyelesaikan kuliahnya di universitas ternama di Depok ia juga seorang penulis fiksi. Menulis sudah jadi bagian dari hidupnya. Tema yang ia angkat dalam ceritanya selalu tentang pria di masa lalunya Raditya. Cleo dan Raditya bertemu saat di perjalanan Cibinong-Yogyakarta. Umur mereka yang terpaut 5 tahun membuat hubungan keduanya sulit untuk dipertahankan. Cleo hanya bisa mencurahkan perasaannya melalui cuitan di sosial media dan tulisan novelnya.

Sebagai seorang penulis Cleo sangat menghargai betul para pembacanya. Ia tidak sungkan untuk berbalas email atau sekedar menyapa di akun media sosialnya. Cleo juga sering menyempatkan diri untuk memenuhi undangan workshop kepenulisan untuk membagi ilmunya pada pembaca. Salah satu workshop yang ia hadiri adalah di Yogyakarta tepatnya di UII Yogyakarta. Saat sesi tanya jawab seorang pembaca mengingatkan Cleo pada keberadaan Raditya saat ini. Entah dimana pria itu berada tapi Cleo masih belum bisa melupakannya. Dan masih berusaha mencari keberadaannya.

Sebuah kebetulan mempertemukan Cleo di sosial media MeetYou. Pria asing yang tidak dikenalinya menanyakan kabar Cleo dan memperkenalkan diri. Tapi begitu Cleo sadar pria itu memiliki kesamaan dengan Raditya ia akhirnya tahu bahwa pria itu memang Raditya. Cleo yang sudah berkomitmen untuk tidak berhubungan lagi dengan Raditya langsung menghapus pria itu dari daftar pertemanannya. Tapi mereka malah bertemu saat perjalanan pulang menuju Cibinong.


Review

Memeluk Masa Lalu adalah buku kedua karya Dwitasari-si penulis fenomenal karena kasus di masa lalunya yang aku baca. Berbeda dengan Jatuh Cinta Diam-Diam yang merupakan kumpulan cerpen, Memeluk Masa Lalu adalah novel stand alone dan memakai karakter yang baru.

Kalau kamu sudah membaca buku ini mungkin bisa mengoreksi reviewku ini jika terdapat kesalahan. Karena jujur saja aku tidak bisa menangkap apa yang coba diutarakan Dwitasari lewat novel tipis ini. Secara singkat novel ini mengisahkan seorang gadis berusia 20 tahun yang sedang naik karirnya sebagai penulis. Kecenderungannya menulis novel berdasarkan pengalaman cinta pribadi membuat bukunya selalu diterima pembaca muda. Tidak hanya anak muda saja yang membacanya, tapi Raditya yang usianya terpaut 5 tahun juga membaca buku-bukunya. Bahkan diakhir cerita kita akan tahu bahwa teman semasa kecil Cleo yang bernama Rey juga menyukai Cleo dan masih mencari Cleo lewat cerita-cerita di novelnya.

Tapi Cleo dihadapkan pada kenyataan bahwa Raditya mendadak hilang tanpa kejelasan dan baru bertemu lagi saat mereka berada di Yogyakarta. Cleo yang merasa hanya digantungin memilih untuk berhenti mencari Raditya dan melupakan perasaannya pada Raditya.Yogyakarta jadi tempat paling berkesan karena disanalah mereka bertemu dan setelah Raditya menghilang mereka dipertemukan lagi di Yogyakarta.

Satu kata untuk buku ini, 'Aneh'. Pertama, dalam salah satu buku karya Cleo dikisahkan tentang pertemuannya dengan Raditya. Kisah di buku itu cukup mampu membuat Cleo mengenang kembali masa lalu kisah cintanya yang pahit. Hal yang membuat aneh terjadi saat Cleo tiba-tiba bertemu Raditya di bandara. Padahal tertulis Raditya masih di hotel dan dalam sekejab setelah menghubungi calon isterinya Raditya sudah berada di belakang Cleo. Lalu memaksa Cleo untuk pulang bersamanya naik bus. Cleo yang semalam sebelumnya meyakinkan diri untuk tidak ingin berdama Raditya lagi dengan mudahya menerima paksaan Raditya untuk pulang bersama.

Seiring berjalannya waktu Radit mulai sering mengubungi Cleo dan malah jauh lebih dekat dengannya ketimbang dengan calon isterinya. Bahkan Radit mulai sering berbohong tentang kesibukannya dan malah menghabiskan waktu untuk Cleo yang notabenenya sudah bukan siapa-siapanya lagi. Niat awal Radit yang semula hanya mau meminta maaf atas perbuatan di masa lalunya yang meninggalkan Cleo tanpa kejelasan malah jadi terkesan lebay. Dan entah kenapa di posisi seperti itu Cleo masih mempertanyakan status hubungannya dengan Radit. Kalau dipikir dengan akal sehat keduanya sangat tidak jujur dengan perasaan masing-masing. Dan dibagian kritis seperti ini penulis malah membuat cerita terasa membingungkan.

Setting waktu buku ini juga tidak jelas. Kapan Cleo dan Radit bertemu tidak jelaskan, alasan Raditya pergi meninggalkan Cleo juga tidak diketahui, dan makin kebelakang cerita makin absurd. Terutama ketika Nadin si calon isteri Radit menemui Cleo dan memberikan undangan pernikahan mereka.

Selain setting yang absurd, karakterisasi tokohnya tidak ada yang berkesan sama sekali. Tidak ada karakter yang berhasil membuat aku simpatik. Cleo yang melankolis, labil seperti anak ABG sulit sekali untuk setuju dengan pembawaannya yang seperti itu. Raditya yang jadi satu-satunya tokoh pria malah tidak memberi kesan apapun selain rasa sebal karena ketidaksetiaannya pada si calon isteri. Ditambah lagarenai Raditya menikahi wanita itu hanya untuk membahagiakan ibunya bukan karena cinta.

Dari segi plot tidak ada yang menarik kecuali rasa hampa setelah mencapai akhir cerita. Penulis menutup cerita begitu saja dengan memasukkan orang baru bernama Rey menjadi kekasih Cleo. Lalu mereka menghadiri acara pernikahan Radit dengan perasaan suka cita. Jika dipikir lebih cermat buku ini rasanya hampa jika penulis hanya menutup cerita begitu saja. Kalau boleh menyimpulkan inti cerita dari buku ini adalah tentang bagaimana Cleiso bisa menerima kenyataan Raditya sebagai masa lalunya yang tidak perlu diharapkan lagi. SEE?? Buku ini jelas terlalu ringan karena tidak memiliki konflik yang kuat. Dan juga penyelesaian masalahnya yang terlalu mudah.

Satu-satunya hal yang kusukai dari buku ini ada pada kecintaan Cleo sebagai penulis. Ia sangat menghargai para pembacanya dan kesehariannya sebagai penulis sebenarnya bisa di ceritakan lebih banyak jika Dwitasari menyadari ini. Anak-anak muda yang baru mungkin pernah dicintai dan mencoba move on silakan saja membaca buku ini. Kalau saya sih tidak akan pernah berekspektasi banyak membaca buku Dwitasari lainnya. Wong sudah tahu gaya ceritanya hanya sebatas itu-itu saja buat apa dikuti karya lainnya.

8 komentar:

  1. Gw jg gagal paham sama ceritanya. "Aneh", 1 kata yg cukup mewakili buku ini 😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih perlu digembleng ya si Dwita ini. Aku tertarik gimana perkembangan nulis dia ke depannya. Aku ikutin terus :D

      Hapus
  2. Itu 49 halaman beneran apa typo ya?
    Aku blm pernah baca karya dwitasari, padahal udah pernah dititipin temenku booksigning wkwk. Orangnya rame sih, seru. Semoga kapan2 bisa baca bukunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Ijak cuma 49 hlm, tapi sudah kuganti. Sila di coba mbak, seberapa 'seru' bukunya :)

      Hapus
  3. Oh, ternyata isi novelnya ... gitu xD -brb ngakak-

    BalasHapus

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...