Jumat, 03 Februari 2017

Mrs McGinty is Dead (Hercuile Poirot #28)


Mrs McGinty is Dead
Penulis : Agatha Cristie
Copyright 1952
Penerbit : Gramedia Pustaka
Terbit : Cetakan kelima, Januari 2014
Tebal : 336 hlm
Rating : 3/5

“Mrs McGinty mati. Bagaimana dia mati?



Mrs McGinty bukan siapa-siapa. Ia hanya wanita yang hidup sendiri setelah suaminya meninggal di sebuah cottage miliknya. Mrs McGinty dikenal baik oleh orang-orang sekitar di Broadhinny. Ia bekerja di beberapa rumah di lingkungan itu. Pekerjaannya meliputi mengurus rumah, memasak dan bersih-bersih. Namun ada yang aneh adalah ketika Mrs McGinty ditemukan tewas di rumahnya.

Kematian McGinty sudah terjadi enam bulan yang lalu. Polisi telah menetapkan tersangka atas pembunuhan tersebut. Ialah James Bentley, satu-satunya penyewa kamar di cottage milik Mrs McGinty. Inspektur Spence bersikeras bahwa Bentley bukan pelakunya. Dan ingin membuktikan bahwa Bentley tidak bersalah. Walaupun setelah diselidiki sedalam apapun bukti-bukti mengarah kuat pada Bentley. 

Inspektur Spence sudah tidak bisa menemukan titik terang untuk mendukung pembelaannya meminta bantuan detektif partikelir Hercule Poirot. M. Poirot mengambil tawaran itu dan tinggal sementara di penginapan milik keluarga Summerhayes. Selama disana M. Poirot menemukan fakta-fakta baru tentang Mrs McGinty. Tentang tiga hari sebelum kematiannya, kepada siapa ia bekerja dan kemungkinan pelaku berkedok sebagai majikan-majikan tempat Mrs McGinty bekerja selama ini.
“Aku lebih senang mengatakan, kalau-kalau ada hal yang tampak olehku dari sudut pandang yang lain daripada yang tampak olehmu.”

Rumit. Satu kata yang bisa mewakili buku ini. Kisahnya cukup sederhana awalnya. Tentang seorang wanita yang hidup sendirian dan hanya seorang pengurus rumah. Tapi penyebab kematiannya lah yang misterius. Seorang pembantu rumah tangga dibunuh dengan bekas luka bacok di kepala. Pembunuhan yang diikuti perapompokan. 

Agatha Cristie, dalang di balik kisah ini membuat saya tidak percaya ternyata bisa juga mengangkat kisah yang sederhana, dari orang biasa menjadi sesuatu yang penting untuk ditelusuri. Apa penyebab dibunuhnya Mrs. McGinthy, apa keuntungan dari membunuh wanita tua dan siapa saja yang mengenal Mrs. McGinthy. Banyak tokoh pendamping yang terlibat di kasus ini. Itu juga yang membuat aku menyebut buku ini rumit. 

Mrs. McGinthy is Dead menggunakan alur maju dan POV orang ketiga. Sayangnya aku kurang suka dengan tempo cerita yang lambat. Banyak sekali detail dan penuturan yang pada akhirnya membuat aku bosan. Bahkan tiga kali aku jatuh tertidur saat baca buku ini. *sigh*

Aku suka dengan H.M Poirot, cara dia berpikir, perawakannya yang lucu dan menarik. Serta sarkas saat ia bicara. Menurutku dia detektif partikelir yang unik. 

“Ia mengucapkan dusta itu tanpa sedikit pun tergetar. Sebab ia berpikir ini dusta yang sungguh perlu.”

Poirot  sering menunjukkan pola pikirannya kalau menyikapi sebuah kasus. Itulah yang tidak ingin ingin kulewatkan saat membaca buku ini. Aku merasa seperti belajar psikologi kriminal pada seorang dosen terbaik setiap kali menyimak ucapan Poirot.

“Memang tidak. Tapi ucapan, seringan apa pun, walau cuma sepintas lalu, tapi tetap saja menunjukkan pribadi seseorang.”
Aku juga agak tersindir ketika Poirot beberapa kali menyebut anak-anak generasi sekarang tidak mengenal siapa dia. Dalam hati aku tertawa, kalau aku minimal tidak baca buku Agatha pasti nama H.M Poirot pun aku nggak akan tahu. Sering-seringlah membaca, kawan. Itu pesan dari Poirot.
“Ia merasa generasi muda tak lagi kenal kepada orang- orang termahsyur.”
Ada saat-saat yang mendebarkan ketika seorang detektif memiliki musuh. Aku merasakan itu ketika di suatu stasiun Poirot hampir jatuh ke rel karena seseorang mendorongnya.


“Dari semua wawancaranya di Broadhinny, satu telah menunjukkan hasilnya. Seseorang telah merasa ketakutan. Seseorang ingin mengakhiri usahanya untuk membuka kembali kasus yang telah dinyatakan selesai."
Untuk sebuah buku yang telah mengalami cetak ulang, Mrs McGinty is Dead punya kualitas terjemahan yang kaku dan baku. Seperti tidak ada pembenahan apapun. Sekalipun suatu hari nanti buku ini di cetak ulang kembali, aku harap lebih teliti periksaan typo dan padanan katanya. Sungguh buku ini butuh lebih diperbarui kembali kualitas terjemahan dan editingnya.


”Tapi pembunuhan bukanlah permainan- pembunuhan adalah sesuatu yang berbahava.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...