Penulis: Robin Wijaya
Penerbit : Falcon Publishing
Tebal : 204 halaman
Terbit : Cetakan pertama, 2016
Rating : 4/5
Gamal dan Ninna
bertemu pertama kali saat mereka berada dalam satu kesempatan yang sama di kala
untuk urusan pekerjaan. Tidak butuh waktu lama mereka untuk menyadari bahwa
mereka saling menginginkan satu sama lain. Gamal bekerja di workshop pandai
kayu, pekerjaan yang sangat dekat pemesanan furniture. Sedangkan Ninna adalah
karyawan kantor. Lalu mereka memutuskan untuk menikah. Akan tetapi pernikahan
mereka tidak sebahagian pasangan yang lain setelah Ninna divonis menderita
kanker rahim.
Ninna divonis
menderita kanker rahim stadium lanjut. Kanker yang ada dalam tubuhnya telah
menjalar hingga tidak ada cara lain untuk menghentikannya selain dengan operasi
pengangkatan rahim.
Pengangkatan
rahim adalah mimpi buruk bagi setiap wanita. Mereka tidak akan bisa mengandung dan
memiliki bayi secara alami. Ovulasi tidak akan terjadi selain dalam rahim
wanita. Kesempatan untuk menjadi seorang ibu pupus sudah.
Gamal sudah
menikah dengan Ninna selama enam tahun. Ninna adalah wanita pekerja keras,
mandiri dan terencana. Ia memikirkan betul kemana arah hubungannya dengan
Gamal. Bahkan ia dan Gamal membangun dan merancang rumah mereka sendiri-hal
yang akan sangat jarang ditemui di kota ini. Ninna tidak hanya seorang pekerja
keras namun ia juga pemimpi. Ia ingin menjadi seorang ibu untuk anak Gamal
nanti. Mungkin hanya dengan itulah ia bisa menghadiahi semua kebaikan yang
telah diberikan Gamal selama ini.
Ninna, di mata
Gamal ia lebih dari seorang wanita karir. Gamal bukanlah seorang perencana
seperti Ninna yang sangat teratur dan detail. Ibarat membangun sebuah rumah,
Gamal seperti seorang teknisi dan Ninna sebagai arsitek . Ia berkomitmen dengan
apa yang telah disepakati dan dijalani bersama. Ninna adalah pusat
kehidupannya, maka Gamal akan selalu menjaga, membuat dirinya selalu ada di
saat suka maupun dukanya. Termasuk di kala Ninna divonis tidak akan bisa
mengandung akibat penyakitnya.
Kisah rumah
tangga mereka tidak sampai disitu. Ombak selalu datang menghempas karang-karang
yang rapuh. Ujian untuk Gamal dan Ninna terus datang salah satunya kemunculan
Terra. Siapakah wanita itu sebenarnya?
Aku masih saja memandang ke luar jendela mobil. Bukan karena kejenuhan yang kualami selama di rumah sakit hingga aku butuh keramaian, melainkan demi menghindari tatapan Gamal. I know he cares about me a lot. Bahkan, kerap aku berpikir bahwa cinta dan perhatiannya sebagai suami tak lagi manusiawi. - Ninna
Biar bagaimanapun juga, kita semua adalah produk masa lalu. Pengalaman kita di waktu- waktu sebelumnya yang membuat kita seperti sekarang ini.- Gamal
Satu perkara yang justru membuat aku merasa sangat bersalah atas kondisi yang telah aku alami. Dan menghadirkan pengandaian- pengandaian, bagaimana seharusnya aku membalas kebaikan Gamal dengan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia.
Novel ini jadi judul
ketiga seri Blue Valley yang kubaca dan buku pertama awal pengenalanku dengan
tulisan Robin Wijaya. Setelah menutup ini aku langsung suka dengan tulisannya. Dan
jadi favoritku dari diantara seri Blue Valley yang lain.
Buku ini ditulis
dari dua sudut pandang karakter utamanya secara bergantian : Gamal dan Ninna.
Pergantian dua sudut pandang ini membawa pembaca menyelami perasaan kedua
tokohnya dan pergolakan masing-masing.
Melankolia Ninna mengangkat tema kehidupan pasca pernikahan walaupun ada
saat dimana penulis mengingatkan masa lama lamaran.
Hal yang aku
sukai dari novel ini adalah cara penulis memangun chemistry kedua tokoh
utamanya. Ditengah modernitas Gamal dan Ninna adalah pasangan yang manis tapi
juga realistis. Mereka tidak dibangun untuk menjadi karakter yang sempurna tapi dengan sendirinya
berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi sempurna terutama untuk
pasangannya.
Membaca buku ini
mau tidak mau mengingatkanku pada Critical Eleven-novel yang ingin sekali
kulenyapkan dari ingatan daftar riwayatku sebagai pembaca. Critical Eleven
dengan tebalnya yang segitu dan hype-nya hingga akan diadaptasi ke layar kaca
punya cover dan konsep yang hampir sama dengan buku ini. Mungkin penulis juga
menjadikan buku besutan Ika Natassa itu sebagai refrensi ditambah buku
Christian Simamora.
Melankolia Ninna
tidak fokus pada kenangan yang telah lalu seperti CE. Plot novel ini lebih
sering maju dan fokus pada masalah. Tidak banyak flashback dan tidak melodrama
seperti CE. Tebalnya yang hanya 200-an halaman sangat mudah untuk dibaca dan
mudah untuk membuat buku ini disukai pembaca. Yup, termasuk aku yang langsung
suka dengan gaya bercerita si penulis sederhana dan tidak membuat cerita
berlarut-larut dalam kesedihan tokohnya. Padahal jelas Gamal dan Ninna melalui
kesedihan yang tidak kalah berat.
Kuakui endingnya
memang mudah ditebak. Penyelasaiannya
sederhana dan tidak terburu-buru. Walaupun ada saat dimana cerita terasa agak
sinetronis , tapi tetap berhasil membuatku ingin menyelesaikannya dan ingin mendapatkan
ending yang bahagia. Novel ini walaupun mengangkat kisah pernikahan tidak mengandung unsur vulgar atau adegan yang mengernyitkan dahi. Bahkan novel ini
bisa dibaca untuk semua orang yang telah memahami arti penting cinta dan ingin membahagiakan orang lain.
Pokoknya tamat Apa Pun Selain Hujan, langsung balik lagi ke blue valley sowan ke rumah Pak RT ini, hehe.
BalasHapusKe rumah Pak RT Jangan lupa bawa berkas kalau mau sekalian urus kependudukan :D
Hapuswaaaah jadi pengin baca jugaaa. makasih reviewnya ya :)
BalasHapusKembali kasih :D
Hapushmm sepertinya menari jadi pngen baca. minjam boleh bukunya boleh nggak? hehe
BalasHapushahahA Maaf saja tidak bisa. Ongkir Hogwarts ke rumahmu pasti akan sangat mahal sekali. ,, diriku lagi magang di Hogwarts ngasih makan Buckbeak. :D
Hapus