Judul : Tell Your
Father, I am Moslem
Penerbit :
WahyuQolbu
Penyunting :
Mashur El-Mubarok
Penata letak :
Tri Indah Marty
Desainer sampul :
Kiki Maryana
Terbit : Januari
2014
Tebal : 259 hlm
ISBN :
979-795-812-4
Rating: 4/5
“Apakah Muslim
dan Nasrani itu tidak bisa saling mencintai, Ayah?”
Rushel menemukan seorang bayi di muka pintu gereja. Seseorang telah
meninggalkannya disana dan tak kunjung kembali untuk mengambilnya. Ia
membawanya masuk dan menamainya David Stuart. Bayi laki-laki itu tumbuh menjadi
seorang pria yang tampan dan disenangi teman-teman disekolahnya. David juga
mendapat kasih sayang yang cukup dari Pastor Rushel dan biarawati yang tinggal
di gereja.
Sampai tiba suatu hari ia bertemu dengan seorang murid baru sekolahnya,
seorang gadis muslim yang sangat jelita. Gadis itu begitu memikat hati dan hanya
dengan melihatnya David merasakan hal yang berbeda pada gadis itu, pada
perasaannya. David menyadari selama ini ia tidak merasakan kebahagiaan yang
sesungguhnya. Maryam, gadis itu yang mampu membuatnya bahagia dan jatuh cinta
pada pandangan pertama.
Maryam terpaksa harus mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai Duta Besar Uni
Emirat Arab untuk tinggal di Amerika. Sebenarnya Maryam tidak ingin untuk ikut,
tapi mengingat betapa kerasnya pendirian sang ayah ia merasa tidak punya
pilihan untuk menolak. Ayahnya mendidik Maryam dengan nilai-nilai islam yang
kuat. Segala hal yang menyangkut urusan
anak semata wayangnya menjadi tanggung jawabnya termasuk urusan berhubungan
dengan lawan jenis. Salah berbuat sedikit akan menimbulkan dosa. Tapi apakah
sang ayah akan terus mengekang sang anak? Ayah Maryam tidak pernah berpikir bagaimana
jadinya jika Maryam akan jatuh cinta pada seseorang pria yang bukan berasal
dari kaumnya.
Hari pertama bersekolah di sekolah umum di Amerika menjadi tantangan besar
untuk Maryam. Seluruh siswa di kelasnya menuduh dirinya sebagai teroris dan
dianggap akan mengancam keamanan sekolahnya. Hanya ada satu murid pria yang mau
tetap masuk ke kelasnya dan mempercai dirinya, priaitu bernama David Stuart. Hati
Maryam seketika luluh saat mengetahui David membelanya di depan teman-temannya
dan meyakinkan bahwa Maryam bukan seorang pembawa teror. Dengan senang hati
David juga menawarinya makanan saat istirahat. Tapi Maryam tidak bisa berbuat
apapun, bahkan untuk menatap David pun ia tidak sanggup. Perasaan takut akan
bedosa yang menahan dirinya untuk tidak mengakui bahwa Maryam telah jatuh cinta
pada David.
“Aku mencintaimu. Apakah juga butuh waktu empat puluh tahun bagi Tuhanmu untuk mengampunimu jika aku mencintaimu? – David
Perasaan cinta diantara mereka tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat.
Bahkan dengan keislaman yang dimiliki Maryam tetap tidak mampu membendung
perasaan cinta yang gadis itu pendam sejak pertama kali bertemu dengan David.
Walau adanya perbedaan keyakinan yang dimiliki keduanya, Maryam tetap menerima
cinta David dan menjadi sepasang kekasih dengan syarat pria itu tidak boleh
menyentuhnya.
Hari berikutnya hubungan keduanya berjalan semakin indah. David dengan
sabar menyakinkan dirinya untuk tidak menyentuh Maryam dan senantiasa menjaga
gadis itu. Hanya satu yang mengusik hubungan keduanya yaitu keberadaan ayah
Maryam yang tidak senang dengan keberadaan David.
Tidak butuh waktu lama sang ayah dapat mengendus hubungan David dan Maryam.
Kemudian Maryam dipindahkan kesekolah muslim untuk menjauhkan hubungan
keduanya. Tapi dengan usaha keras meyakinkan sang ayah Maryam berhasil kembali
ke sekolah sebelumnya. Namun ada konsekuensi yang harus diterima keduanya,
Maryam dan David tidak akan bisa saling berbicara lagi. Tapi ternyata menahan
kerinduan itu sangat menyakitkan. Perlahan kerinduan diantara mereka semakin menyiksa. Hingga tiba suatu malam
Davidmelakukan sebuah tindakan nekad dan hal itu mengancam putusnya hubungan
David dan Maryam.
Akankah hubungan berbeda keyakinan mampu dipertahankan? Buku ini akan
membawamu pada sisi terdalam ironi cinta.
“Pujilah nama Tuhan, Nak. Berdoalah padaNya. Mintalah pada Dia agar melepaskan rasa cintamu itu pada Maryam. Dia bukan untukmu.” – Pastor Rushel
“Cinta kita mungkin salah,Maryam. Tapi Tuhan telah menumbuhkan cinta ini begitu dalam padamu. Aku akan mencoba mengerti dan menerima bahwa kita tidak bisa bersatu.” - David
***
Buku dengan konflik yang dalam untuk sebuah kisah cinta remaja, begitulah
kesan saat membaca di awal cerita. Saat pertama memutuskan membaca kisah Maryam
dan David, aku tidak menyangka buku ini akan bercerita kisah cinta beda agama
dari sudut mata remaja. Kesannya memang terlalu dipaksakan tapi buku ini
benar-benar mengkaitkan kisah antar tokohnya dengan kenyataansaat ini.
Pembaca akan di minta mengakui bahwa cinta pada pandangan pertama memang
benar ada. Si penulis menyatukan kedua tokoh utama dengan cara yang indah,
lewat sebuah pemahaman bahwa tidak seharusnya menilai seseorang dari tampilan
luarnya saja. Sebuah pemahaman yang masih sulit ditemukan di masa seperti ini.
Yang aku sukai dari buku ini adalah cara penulis menyeimbangkan pandangannya
tentang kedua agama yang dianut tokoh-tokoh didalamnya. Penulis bersikap netral
dengan menunjukkan nilai-nilai dan beberapa kesamaan yang dimiliki kedua agam
tersebut. Tidak ada agama mana yang ditonjolkan, jadi buku ini bisa dibaca oleh
kalangan manapun tanpa menyinggung keyakinan masing-masing.
Hal lainnya yang membuat buku ini sangat menarik untuk dibaca adalah
perjuangan kedua tokoh utama dalam mempertahankan hubungan mereka. Mulai dari
penentangan dari pihak keluarga dan ketidak pastian hubungan keduanya di
usianya yang masih remaja.
Fokus cerita dalam buku ini adalah pada konflik perasaan Maryam dan David
dalam menjalani hubungan mereka dan peran orang-orang terdekat dalam lika-liku
hubungan keduanya. Tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita ini adalah ayah
dari Maryam. Ayah Maryam yang sangat otoriter dan menjunjung tinggi agama
mendidik Maryam dengan pengekangan. Saat mengetahui Maryam menjalin hubungan
dengan David ia segera menjodohkan Maryam dengan Khaled.
“Jika kau berkenan menjodohkanku dengan Maryam, tumbuhkanlah benih cinta di hati Maryam untukku, yang tidak melebihkan cintanya padaMu. Tapi jika dia bukan untukku, buat hatiku ikhlas untuk melepaskannya” – Khaled
Tapi sesempurna apapun tokoh yang bermain di dalamnya, buku ini masih perlu
mendapat koreksi yang penting.
Buku ini lebih dominan memakai narasi untuk menceritakan isinya. Pemilihan
diksi untuk dialog maupun narasi didalamnya sering kali terasa tidak pas. Hal
itu malah membuat sentuhan rasa sedih buku ini kurang maksimal. Kesan yang
didapat saat membaca buku ini menjelang pertengahan buku mulai terasa
membosankan karena kedua tokoh utama lebih banyak melakukan telling ketimbang
showing. Aku juga merasakan upaya
penulis membangun kedekatan emosional diantara tokoh utamanya sangat kurang.
Usaha si penulis untuk membangun kesan sedih dan tertekan dalam cerita
sudah seharusnya di acungi jempol. Tapi bagaimana jika pembaca terus disuguhi
alur cerita yang melulu berisi ironi? Tentu pembaca akan terganggu bahkan
mungkin bosan. Perlu lebih diperhatikan bagaimana cara mempermainkan emosi
pembaca dengan tidak melulu bercerita tentang kesedihan.
Jujur saja menemukan buku dengan tema mengangkat cinta beda agama dan
menggunakan sudut pandang netral dalam bercerita sangat sulit. Buku yang penuh
nilai toleransi dan arti sebuah keluarga dalam mengajarkan anak sebuah prinsip
keterbukaan. Tidak selamanya orang tua adalah benar dan sistem mengekang anak
adalah cara yang salah jika itu dimaksudkan untuk mendidik seorang anak.
Banyak sekali pengetahuan baru yang bisa di dapatkan dari buku ini. Selain
itu kutipan dalam buku ini cukup menyindir kehidupan beragama masa modern dan
bisa menjadi bahan introspeksi diri. Bagaimana seseorang bisa salah mengartikan
sebuah agama hingga akhirnya menciptakan diskriminasi bahkan memicu perang.
“Tuhan dimana keadilanMu? Kenapa si Amerika ini harus jatuh cinta pada gadis berkerudung itu? Sebegitu berbedanya kah kami? Lalu kenapa kau menciptakan Amerika dan Arab, Islam dan Katolik? Apakah agar kami bermusuhan? Tidak bisakah ini dibuat sederhana? Tidak bisakah kau menyatukan kami dengan cinta? Tidak bisakah?
Untuk akhir kata, aku sangat menyukai novel ini. Kalau kalian punya kisah
cinta yang mungkin hampir sama dengan Maryam dan David, boleh kok tinggalkan
ceritamu di kolom komentar di bawah ini. :)
Aku ingin selalu mencintaimu
Meski perbedaan menghalangi kita
Meski kita tak akan bisa saling memiliki
Dan meski raga ini telah menjadi milik orang lain.
- Maryam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Appeciate with my pleasure.
~ VS