Rabu, 09 November 2016

Review Being Henry David by Cal Armistead

Being Henry David

Penulis: Cal Armistead
Penerjemah : Dewi Sunarni
Penyunting : Novianita
Proofreader : Seplia
Cover : @teguhra
Penerbit: Spring
Bahasa : Indonesia
Tebal : 256 hlm
Terbit : September 2016


Rating: 4/5,

Sinopsis:

‘Hank’ tersadar di Stasiun Penn, New York tanpa ingatan. Pemuda berumur tujuh belas tahun itu tidak tahu namanya, siapa dirinya, dan dari mana ia berasal. Satu-satunya petunjuk yang ia miliki adalah sebuah buku berjudul ‘Walden’ karya Henry David Thoreau yang ada di tangannya.

Menggunakan buku itu, ia mencoba mencari jati dirinya. Dapatkah ia mengingat kembali siapa dirinya?

Atau lebih baik ia tidak mengingatnya sama sekali?



Sebuah benturan keras telah menghantam kepala ‘Hank’ hingga ia tidak ingat siapa dirinya. Ia terbangun di Stasiun Penn di jantung kota New York bersama dengan sebuah buku dan pria gila yang suka makan apa saja bernama Frankie. Kondisi Hank benar-benar buruk saat itu, di kepalanya terdapat luka serius yang ia ketahui menjadi sebab ingatannya menghilang. Tidak ada kartu identitas ataupun ponsel yang dapat membantu mengenali siapa dirinya. 

Berkeliaran tanpa identitas bukanlah hal baik di kota New York. Hank yang tidak tahu siapa dirinya berada dalam kebimbangan dan juga rasa sakit setiap kali berusaha mengingat kejadian yang terjadi padanya. Ide untuk meminta bantuan polisi dirasa tidak akan membantu sama sekali. Hank memutuskan untuk mencari tahu siapa dirinya lewat buku ‘Walden’ yang ada padanya. 

Walden adalah sebuah buku yang ditulis seorang filsuf Amerika bernama Henry David Thoreau. Walden yang dalam bahasa aslinya memiliki judul Walden; or, Life in the Woods menceritakan kehidupan David selama ia tinggal di Walden Pond. Buku itu juga jadi satu-satunya petunjuk bagi Hank untuk menemukan siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Saking terobsesinya dirinya pada buku itu Hank sempat menamai dirinya dengan nama Henry David. 

Tidak lama setelah berurusan dengan polisi dan Frankie yang menyebalkan, Hank bertemu dengan Jack si anak jalanan. Ia memiliki kesamaan dengan Jack, sama-sama tidak memiliki tujuan dan tempat untuk kembali. Nama Hank adalah pemberian darinya, dan pertemanan singkat pun terjalin. Jack memiliki seorang adik bernama Nessa. Mereka hidup serabutan tanpa tempat tinggal yang jelas. Keduanya tidak bisa pulang ke rumah, karena ayah mereka pasti akan menyiksa mereka berdua. Mereka akhirnya pindah ke sebuah apartement milik Magpie. Disana mereka setidaknya aman untuk sementara, tapi Magpie bukanlah pria baik seperti kelihatannya.

Hank akhirnya berhasil lepas dari kendali Magpie dan kabur dengan kereta menuju Concord. Kota itu adalah tempat dimana filsuf Henry David tinggal selama 2 tahun di sebuah rumah di tengah hutan. Dalam perjalanan menuju kesana Hank bertemu dengan Hailey salah seorang gadis dari kota itu. Hank membuat cerita bohong tentang siapa dirinya dan mengaku ia orang baru yang berniat untuk pindah ke kota itu. Lama kelamaan perasaan diantara mereka semakin berkembang. Hank mulai membuka hatinya untuk Hailey.

Niat awal Hank untuk menyusuri kisah perjalanan Henry David makin menemukan titik terang. Satu per Satu ingatan mulai berkelindan. Hank berhasil bertemu dengan Thomas yang ternyata adalah pamannya. Bagaikan angin segar fakta-fakta baru membuat ingatan Hank pulih. Sebelum hilang ingatan ia bernama Danny, memiliki seorang adik perempuan dan keluarga yang utuh.

Tapi kecelakaan fatal membuat Danny dan adiknya terluka hebat. Adiknya yang paling parah menanggung rasa sakit dan kehilangan segalanya. Danny yang merasa bersalah atas kecelakaan itu memutuskan pergi dan menjadi pelarian atas perbuatannya. Tapi buku karya David Henry yang ia bawa menuntunnya pada hal hal yang semula ingin ia hindari. Membawanya kembali pada sosok yang telah ia renggut kebahagian dan juga mimpinya.


***

Pertama, akan kukenalkan kalian pada salah satu buku terbaru terbitan Spring. Agak berbeda dari buku lainnya yang telah lebih dulu diterjemahkan, Being Henry David mengangkat kisah seorang anak lelaki muda yang terpuruk karena masa lalunya. Masa lalu selalu jadi misteri, hal ini yang dicoba si tokoh Aku yang nantinya berganti nama menjadi Henry David lalu berganti menjadi Hank.

Si penulis membuka cerita langsung pada konflik saat si tokoh Aku kehilangan ingatannya. Lalu dengan gaya cerita yang cepat masuk beberapa tokoh baru seperti Jack, Nessa dan Hailey.

Saat membaca buku ini aku seperti merasa sedang dalam kebutaan, tidak tahu arah, bingung dan seperti ditarik ulur. Sebut saja Hank si tokoh utama di novel ini mampu menyeretku dalam usaha perjalanannya menuju satu tempat yang jadi tempat David Henry tinggal selama di Massachusetts.

Karakter Hank termasuk remaja tanggung pada umumnya. Ia cerdik dan berani mengambil keputusan. Tidak jarang pemikirannya tidak terduga dan kadang filosofis. Aku suka dengan cara penulis mendeskripsikan tokoh Hank, ia mungkin bukan karakter yang loveable atau seperti heroine tapi cukup menyenangkan untuk diikuti kisahnya.

Buku Being Henry David ini punya padanan kata yang memikat. Mulai dari judulnya sudah menarik, Being Henry David atau jika di Indonesiakan memiliki arti Menjadi Henry David. Dalam artian berpikir dan menjalani hidup seperti Henry David. Aku sekali dengan pendeskipsian latar tempat dan suasana yang coba di bangun si penulis. Aku bisa merasakan bagaimana kota tempat tinggal Hank dan tempat-tempat yang didatanginya. Spring memilih penerjemah yang tepat untuk buku ini. Terdapat kata-kata yang  kurang umum di buku ini, contohnya 'Menyingkahi'. Rasanya kurang awam di telinga.

Being Henry David memiliki alur cerita yang cepat di awal sebelum Hank pindah ke Massachusetts dan mulai melambat setelahnya hingga buku habis. Buku ini juga tidak sepenuhnya berkisah tentang romansa percintaan, penulis menghadirkan kisah pengembangan diri, filosofi khidupan dan perenungan dengan alam. Ada yang menyebutkan buku ini termasuk tema 'Ilness'. Aku kurang setuju dengan hal ini, mungkin ada yang bisa membantuku tentang arti ilness sebenarnya. :)


5 komentar:

  1. bintang 4 ya, yang spesial dari buku ini apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Proses pencarian ingatan dan perenungan untuk mengikhlaskan masa lalu yang menurutku bikin buku ini special. Unsur romance juga tetap ada :)
      Terimakasih sudah mampir.

      Hapus
  2. Enggak punya pengalaman dengan sakit amnesia. Saya penasaran dengan perenungan yang dimaksud. Saya sempat mikir untuk beli novel ini karena tokoh utamanya masih pemuda tanggung. Jadi saya sedikit mawas diri akan mendapatkan kisah yang tidak beda jauh dengan teenlit Indonesia. Namun, setelah membaca review ini saya jadi makin ingin segera punya.

    BalasHapus
  3. Nggak ada teenlit yang seunik dan seclueless ini :D Yuk coba dibaca

    BalasHapus
  4. Ya judulnya menarik :) penasaran karena judulnya :) amnesia memang tidak termasuk ilness ya?

    BalasHapus

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...