Senin, 10 April 2017

Haruskah Memberi Kesempatan Pada Penulis Debut?

 


Benarkah menjadi penulis baru akan sulit menjangkau pasar pembaca yang sudah ada? Bagaimana pembaca menyikapi keberadaan yang disebut penulis debut?

***

Beberapa waktu lalu di sebuah grup penggemar novel fantasi bermarkas di Facebook muncul pertanyaan dari salah seorang anggotanya. Rupanya ia selain sebagai pembaca juga tengah membangun karir sebagai penulis novel fantasi. Sebelum ke inti masalah ia menceritakan lebih dulu sepak terjangnya dalam menulis buku yang genrenya sendiri tidak begitu dipandang di Indonesia yaitu fantasi. Ia sempat bentrok argumen dengan editornya. Kesalahan terdapat pada kedua pihak yang tidak bisa klop satu sama lain. Keduanya punya idealisme kuat untuk menunjukkan keputusan mereka yang  paling tepat. Walaupun dari segi kedudukan seorang editor lebih mengerti kondisi pasar pembaca dan kekurangan dari sebuah tulisan. 

Saya yang membaca kisah itu menjadi terenyuh dan simpatik. Sungguh sebagai pembaca fantasi kami di grup itu sangat mengerti idealisme sudah jadi bagian paling melekat. Buku-buku hebat lahir dari idealisme kuat penulisnya, macam The Lord of The ring, Harry Potter dan The Secret of The Immortal Nicholas Flamel. Tapi keabsurdan selera pembaca diikuti pangsa pasar kerap tidak memungkinkan sebuah karya fantasi di negeri ini diterima semudah menciptakan tulisan. Tentu agensi atau penerbit yang menaunginya mempertimbangkan dengan serius buku yang mereka jebolkan ke pasaran bisa memberi keuntungan atau sebaliknya.

Tidak hanya saya yang bersimpatik pada penulis sekaligus kawan kami itu. Status yang ia tuangkan ke grup itu mengundang respon yang besar. Petinggi dan pejabat grup itu separuhnya turun tangan untuk membela dan memberi saran. Ada juga yang sekadar komentar yang membuat suasana tidak jadi serius-serius amat. 

Setelah menjadi trending teratas selama beberapa hari di puncak postingan grup, masalah itu hilang surut ditelan postingan lainnya. Dari masalah itu bisa dipahami, tidak hanya untuk penulis mengusung genre fantasi saja tapi juga lainnya bahwasanya menjadi penulis debut pun sangat banyak kendala. Apalagi yang berurusan dengan idealisme, konsep dan kurangnya dukungan penerbitan. Bagaimana sebuah tulisan mengusung hal baru bisa berjalan jika selera pembacanya masih dimonopoli oleh satu genre utama?

Berikut ini saya hadirkan beberapa penulis bersamaan dengan karya barunya yang membawa tema tidak baru tapi cukup mewarnai khasanah bacaan di negeri ini. 


Adara Kirana

Nama yang sangat baru terutama untuk pembaca buku romance lokal. Adara Kirana, gadis yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas ini memulai debut menulisnya dengan buku berjudul The Number You Are Trying To Reach Is Not Reachable. Mengusung tema coming age, Adara membuat karakternya sebagai seorang gadis yang keluar dari zona nyamannya dengan harapan bisa membumi dan diterima sebagai remaja normal ditengah kepintarannya yang diatas  rata-rata. 

Agaknya negeri ini sudah melahirkan novel dengan tokoh utama anak-anak remaja, seperti Gramedia dengan lini Teenlit dan beberapa buku jebolan Wattpad lainnya terbitan Romanlicious [imprint Loveable]. Adara dan bukunya ini juga pertama kali muncul di wattpad. Tapi bisa diterima dengan cukup baik oleh pembaca sejauh dilihat dari rating Goodreads yang cukup baik untuk novel debut. 




Becky Albertalli

Becky adalah perempuan, hampir saja saya terkecoh dengan namanya. Becky memulai debutnya bersama sebuah buku bertemakan LGBT Simon vs Homo Sapiens. Tokoh utamanya Simon merupakan seorang remaja laki-laki yang  diketahui mengalami kelainan orientasi seksual. Uniknya ia mencoba merahasiakan hal itu dari siapa pun dan tetap saja ketahuan pada akhirnya. Teman terdekat si tokoh utamalah yang pertama kali mengetahui itu dari percakapan di email milik Simon. 

Agak sulit melihat orang-orang di negeri ini melihat LGBT sebagai sesuatu yang tabu. Karena hal seperti itu disini tidak lazim dan diidetikan sebagai hal yang melenceng. Sementara hal seperti transgender, penyuka sesama jenis di Amerika terutama sudah lebih awal berkembang. Pemberitaan mengenai kasus serupa LGBT di Indonesia agaknya telah mendoktrin dan menciptakan stigma buruk tentang mereka yang memiliki  ‘perbedaan’ menyukai yang tidak semestinya disukai.Well, buku Simon vs Homo Sapiens ini memberi bacaan baru yang tidak mesti dipikirkan secara serius. Bukankah seperti itu hakikat sebuah buku fiksi? Untuk lari dari kenyataan di dunia nyata?





 Sabaa Tahir

Sebuah buku bagus lahir dalam kandungan yang sangat lama dalam hitungan tahun bahkan. Tapi siapa yang menyangka ketika ia muncul kelahiran buku tersebut menggebrak pasar dan menjadikannya penjualan terbaik. Sabaa Tahir, wanita berperawakan Timur Tengah ini dulunya adalah editor dan jurnalis di sebuah media cetak di Amerika Serikat. Di tengah hiruk pikuk kota ia mengimpikan sebuah dunia dimana ia bisa menjadi seseorang yang lain, seseorang dengan sikap tangguh melebihi dirinya yang sekarang. Saat buku pertamanya lahir dengan judul An Ember In The Ashes, ia tidak menyangka bukunya akan diterima pembaca dengan respon luar biasa. Buku itu baru lahir setelah 6 tahun yang panjang. 



An Ember In The Ashes kehidupan dua orang karakter berbeda kasta. Antara miskin dan kaya dipisahkan oleh sejarah masa lalu dua negeri yang kelam. Lalu sebuah pengkhianatan terjadi ketika seorang dari salah satu tokoh ingin memperbaiki keadaan dan menumbangkan tirani perbudakan yang telah berlangsung bertahun-tahun. Buku ini bisa dibilang sangat kaya sekali, penuh aksi, sedikit sadis dan riset total dilakukan penulisnya bisa diacungi jempol. Pembaca fantasi maupun romance garis keras sangat wajib baca buku ini.



Stephanie Garber 

Untuk sebuah novel debut, Caraval terbilang sukses meraup pembaca Young Adult dan membooming di sosial media terutama Instagram. Caraval adalah buku pertama Stephanie Garber dan akan menjadi series! Dari sinopsisnya buku ini bergenre romance-fantasi dengan setting sebuah arena sirkus. Entah dimana daya magis buku ini, tapi ia berhasil menambah daftar wishlist-ku. Sungguh goodaan tiada terkira. Sudah lama tidak ada novel mengambil setting sirkus apalagi dengan bumbu-bumbu magis. Yang terakhir saya tahu hanya The Midnight Sircus dan itu pun sudah cukup sulit didapat. Buku ini cukup membikin penasaran, semoga saja hype-nya yang tinggi tidak mengecewakan. 


Itulah beberapa nama penulis baru, dengan masing-masing tema mereka yang berwarna. Beberapa diantaranya belum saya baca. Maklum waktu dan kesibukan cukup banyak tidak memungkinkan untuk membaca mereka semua. Belum lagi TBR masih menggunung di rak >,<. May the Force be with me!

Setiap orang punya kesempatan untuk menjadi penulis. Bahkan untuk penulis baru sekalipun mereka dan karyanya pantas untuk dipertibangkan. Seringkali beberapa pembaca meremehkan penulis baru. Hanya karena tema yang sudah mainstream, kedudukan mereka masih pemula atau judgment awal yang skeptis pada kebaruan mereka. Beberapa diantaranya bisa sukses, beberapa lainnya lengser masuk obralan. Lumrah, sudah hukum alam bukan?. Bagi kalian penulis debut, sedang menulis atau yang sekadar bermimpi menjadi penulis jangan menyerah!! Semangat 45!

Adakah buku-buku diatas yang sudah kalian baca? Bagaimana pandangan kalian tentang penulis-penulis baru saat ini? Silakan share di kolom komentar. Agar aku tidak menyesal sudah membuat postingan ini pagi-pagi buta. Huehehe. 


*Postingan ini diikutsertakan untuk Posting Marathon HUT Blogger Buku Indonesia Ke-6*
Genre/Author Baru yang Dibaca Tahun Ini

19 komentar:

  1. Baru baca Simon. Tapi bener, lgbt masih tabu banget di sini. Kemaren ada yg pinjem simon dan dia ngembaliin dengan muka juteknya dan tanya, "mbak, kok kamu baca ginian?".

    Yah baca sinopsis di cover belakangnya dulu kek kalau mau minjem bukuku 😑

    Btw tadinya aku jg ngira kalo penulisnya cowok lho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pikiran sucinya terkotori oleh kak Wenny ,, kikik. Kasih buku romance dong :"D

      Hapus
    2. aku nggak biasa ngerekomendasiin buku buat yg mau pinjem. aku selalu suruh mereka baca tulisan di cover belakang hahaha

      Hapus
  2. The Number dari Adara Kirana itu wishlist banget selama ini. Dan bangga dengan novel ini karna yang nulis adalah anak BBI angkatan 17, kereenn!

    BalasHapus
  3. Aaaah Caraval! *lirik timbunan* Kayaknya sih bagus, beberapa reviewer favoritku suka sama bukunya

    BalasHapus
  4. Beri aku kesempatan, Kak Aya! :D #eahhhh

    Aku setuju dengan The Number, itu novel yang keren. Aku berhasil ngakak dibuatnya. :)

    BalasHapus
  5. wah penulis simon ternyata cewek ya? jadi inget sama para fujoshi (uhuk)
    btw masih bingung mau beli ember atau caraval lebih dulu 🤔

    BalasHapus
  6. Aku suka banget sama tulisan Adara ini. Masih muda dan karakter tulisannya fresh banget :D
    Btw, buku kedua Adara sebentar lagi terbit. Diambil dari tulisannya Thank You di wattpad. Aku gak mau ketinggalan lagi >_< *gak punya novel The Number, baca tulisannya via wattpad doang:'

    BalasHapus
  7. So sad, padahal LGBT itu merupakan sebuah hak seksual yang dimiliki oleh manusia. Sayang sekali terkadang mereka teropresi oleh pihak yang mayoritas.

    Ahh, aku penasaran banget sama An Amber in The Ashes. *sudah jadi wishlist. *nunggu uang turun dari langit. Haha.

    BalasHapus
  8. Faktor yang paling bikin penulis baru "mendem" kayaknya pembaca yang kurang percaya dengan mereka dan lebih memilih baca karya penulis bestseller. Padahal, kalau nggak dicoba, mana bisa tau.

    BalasHapus
  9. Aku baru baca Ember. Dan emang keren pake banget.

    BalasHapus
  10. Novel-novel di atas emang udah kulirik juga kak.. Hehe..
    Tapi masih mikir utk belinya krna banyak wishlist lainnya..
    Semoga bulan depan bisa beli, kayaknya aku mau baca Adara duluan nih.

    BalasHapus
  11. Aku dulu sempet baca Simon tapi ngga kelar, tapi penasaran sama Caraval. Covernya cantik banget T_T

    BalasHapus
  12. Aku penasaran banget sama bukunya Sabaa Tahir. Masuk wishlist banget ituh...

    BalasHapus
  13. Aku tertarik sama yg caraval...

    dhila
    buku.dibaca.in

    BalasHapus
  14. Ini diskusi PNFI kan? Aku kayaknya ada juga disitu, tapi aku bahkan sudah lupa ngomong apanya :)). Diinget aja, grup PNFI bukan grup penulis...jadi pemikiran disana rada beda aja ya. Masalah fantasy segmennya susah..well, itu udah lagu lama sih. Emang kenyataannya begitu.

    Kalau harus memberi kesempatan ke penulis debut..ya iya. Aku juga sering. Kebanyakan penulis debut yang aku tahu, buku pertamanya itu emang suka ada yang kurang dari segi teknis. Atau ceritanya kurang kuat. Tapi yang beneran bagus juga banyak. Aku juga bukan tipe yang suka baca yang best seller, tapi lihat sinopsisnya dulu. Sreg atau engga. Itu aja sih.

    BalasHapus
  15. Penulis debut perlu sorotan tersendiri yaaak.. supaya potensi bacaan bagus yang baru dan fresh bisa segera dideteksi. wkwkw. Aku belum baca semuanya, nih. XD

    BalasHapus
  16. Belum pernah baca semua XD well, aku emang bukan pembaca buku yg lagi populer, sih wkwk
    Tapi aku sering baca buku penulis debut, sih.

    BalasHapus
  17. Wah, ini sangat memotivasiku! Hehe. Trims juga infonya, kak :D aku br ngeh Sabaa Tahir penulis debut wow~~

    BalasHapus

Appeciate with my pleasure.

~ VS

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...